Setelah sekian lama tidak lagi bercerita dan berkeluh kesah, tiba-tiba ada bisikan dihati yang memicu semangat untuk membuat beberapa catatan kembali di kala suasana hati penuh gelisah dan putus asa. Ini kisah Kho Ping Hoo nya.......
Masih terasa menggaung ditelinga ketika beberapa teman bonsai berujar, kalau yang bagus-bagus sudah terjual, mana bisa main bonsai lagi Bang ?. Ketika itu memang hanya senyum dan mulut diam terkunci saja yang bisa diperbuat. Memang tidak dipungkiri sisa-sisa tenaga yang ada alias bonsai-bonsai sampah yang tidak terjual membuat pikiran dan tenaga sedikit terkuras, betapa tidak setelah berikrar berhenti main bonsai untuk memulainya kembali adalah sangat-sangat berat.
Semua kelesuan tiba-tiba sirna layak didoping Extra-Joss, frustrasi dan perasaan karma bermain bonsai yang dulu menjadi sugesti sendiri ditepis jauh-jauh. Hidup mesti berpikiran positip, tidak pantas duduk diam tidak berbuat sesuatu sama sekali, walau bisa dikatakan menghibur atau menipu diri sendiri, anggap saja bonsai kita belum diminati orang, itu karena selera masing-masing orang memang berbeda, lebih ekstrim berasumsi saja, mungkin orang yang menilai barang kita belum begitu paham bonsai, emas tapi dilihat tembaga begitulah kira-kiranya. Konyol memang pikiran ini, tapi masa bodohlah, toh belum tentu kesimpulan diatas salah, bisa jadi ada juga benarnya.
Seperti lagu yang kepanjangan Intro, sudah selayar penuh huruf-huruf di laman situs ini belum nampak inti ceritanya, baiklah kita mulai sekarang............
Ini adalah awal kebangkitan dari kematian rasa terhadap Bonsai seorang Kapitan Andy, adalah putra dan sebuah pohon Lohansung yang menjadi pemicu dan pendorongnya, dari kedua inilah keluar marwah dihati untuk mendapatkan sesuatu yang terbaik dari yang masih tersisa.
Kepada putraku tersayang Andre,
Bonsai sudah menjadi bumbu hidup orangtuamu, masih ada di ingatan dan terbayang akan kesedihan dihati kamu ketika melihat pajangan indah yang biasanya sering kamu lihat dikala pagi atau sore setiap berangkat dan pulang sekolah satu persatu dibawa orang. dan masih belum terlupakan sebuah pertanyaan yang belum pernah dijawab, " Papi kenapa bonsainya dijual ?." Pertanyaan ini tidak diperlukan jawabannya, bila kamu sudah lebih dewasa, tentu akan paham dan mengerti dengan sendirinya bagaimana sebuah kehidupan harus dijalanin dan dihadapi.
Jangan bersedih anak ku, dari sekian banyak pohon yang tidak diambil orang, ada sebuah pohon Lohansung yang sangat mirip dengan diri kamu, sekarang masih jauh dari kelihatan sebagai pohon bagus, tetapi firasat ayahmu mengatakan lain, pohon ini memang sengaja disimpan karena diharapkan akan menjadi yang terbaik. Batang pohon ini tidak begitu besar tetapi mempunyai perakaran yang sangat mewah, kokoh dan kuat. Sama dengan dirimu anak ku, pondasi kuat dirimu adalah kejujuran, anugerah pengetahuan dan kepintaran serta imanmu yang kuat.
Pohon ini akan dirawat dan ditempah dengan baik agar menjadi yang terbaik dan cantik, sama dengan harapan orangtua terhadap kamu agar kelak berguna bagi dirimu sendiri dan keluarga, mungkin diperlukan waktu bisa lebih lama daripada waktu yang engkau perlukan untuk menyelesaikan kuliahmu, tetapi inilah tekad ayahmu, setiap memegang dan merawat pohon ini perasaan dihati adalah sama seperti merawat kamu juga.
Semoga harapan terhadap putra tersayangku dan pohon ini menjadi kenyataan, bila kelak kedua harapan ini terkabul, " terimakasih Tuhan, Engkau sungguh baik hati, genaplah sabdaMu, datanglah padaKu, mintalah dan engkau akan diberi, Tuhan mempunyai sejuta cara misterius untuk membantu umatNya yang percaya dan taat kepadaNya." Amin........
Berikut adalah sisa-sisa bonsai "Peninggalan Revolusi" yang banyak menyimpan kenangan dan harapan yang akan dipertahankan terus demi menggapai impian sebagaimana wujud headline laman ini yaitu
Save the best for last.
Bonsai Lohansung 25Cm ini termasuk istimewa, terutama dinilai dari jenisnya untuk bonsai seukuran ini, besar batangnya memadai, kelengkapan perantingan sudah cukup dan sempurna, kekurangannya saat ini adalah kematangannya, sempat dibursakan tetapi entah kenapa tidak begitu diminati orang, titik lemah yang menjadi perhatian orang hanya sepotong ranting tempelan yang memang sengaja belum disempurnakan atau dipotong untuk menunggu penyatuan tempelannya agar lebih kokoh dan "ngelas" istilah yang sering dipakai pebonsai. Tidak tahu pasti mungkin hanya perasaan egoisme sendiri saja menilai bonsai ini baik dan isitmewa. Karena belum pernah naik meja alias kontes, omongan Kapitan bisa jadi pepesan kosong belaka, ditunggu saja kemunculannya di meja kontes apabila telah siap saji.
Bonsai mungil ini diperoleh 4 tahun yang lalu. awal dibeli hanya pertimbangan jenis bukan bentuk pohonnya, maklum pemula, jenisnya Lada-Lada, mendengar nama jenis saja sudah terkesiap karena memang belum pernah terdengar telinga saat itu, tidak perlu banyak pikir sambar terus. Setelah beberapa lama di " permak " dan dirawat, tibalah saatnya untuk diajak bertempur, prestasi bonsai ini lumayan dahsyat, sampai diberi julukan juara abadi kelas Small di Medan, 4 kali ikut kontes, 4 kali dinobatkan sebagai yang nomor satu. Sangat disayangkan sejarahnya berakhir baru-baru ini saat diuji nyali pada ajang kontes perdana Regional di Medan, rapornya mau tahu..... terkapar KO...... keok.... Pakcik... rupanya selama ini cuma jago di kontes skala "RT" an aja, untuk pertama kali Kapitan pulang tangan kosong dengan pohon ini, tidak jelas apa salahnya. Tidak perlu kecewa, cukup diberi ultimatum, kalau kesempatan lain ikut bertempur pulang tanpa piala....... CINCANGGGGGG saja... , Suhu Kang Asep berguyon, kalau sekali lagi pulang tangan kosong PECAT aja trainernya.... Busyettt... .. jangan Suhu.... kan gua trainernya, masak senjata makan tuannya..............
Sudah jodoh, begitulah pohon kemuning ini sejak dari bahan galian sudah seperti akan mengikuti kita selalu, beberapa kali sempat hampir dibeli orang, entah bagaimana hanya masalah sepele transaksi selalu gagal, penampilan pohon ini sangat natural dan indah sekali, sebagian pebonsai Medan meragukan pendapat ini karena masih terpaku dengan gaya bonsai klasik, maklum saja sosok pohon ini muncul dengan aura batang bersih dengan perantingan yang agak jauh dari pangkal batang, bagi yang suka gaya atau bentuk Chinese Style mungking akan mengacungkan jempol. Tidak perlu berpolemik, mulut orang punya, pohon kita punya, jadi yang terpenting ada kepuasan tersendiri dengan mengoleksi pohon berpenampilan demikian, dengan keyakinan penuh saya menilai kemuning ini akan berbicara banyak kelak apabila perantingannya telah matang sempurna. Apa mau dikatakan ketika bolak-balik dikomentari tanpa ada titik temu, akhirnya emosi timbul juga, diputuskan tidak dijual lagi, sebagai pertanda awal bahwa pengamatan tidak salah dengan nekad perantingan yang sebenarnya masih diperlukan waktu untuk menambah kematangannya dengan sangat berat dan terpaksa ditebas juga. Emosi sesaat menghapus penantian tahunan, tetapi tidak masalah bukan kontes tujuan utama, yang penting mata seorang Kapitan harus dipercaya, pohon kemuning ini akan kita buktikan cantik dan indah........... kalau setuju, terima kasih atas apresiasi anda terhadap pendapat kita.
Ulmus Veriegata ini diperoleh seangkatan dengan bonsai Lada-Lada, dibeli karena veriegatanya, pohon ini jarang sekali diuji muka, maklum sedikit sulit mendandaninya, pernah sekali ikut bertempur di lokalan, nyaris di upper cut. Karena kontes lokalan dan non PPBI, Juri bebas berbicara sesama pengunjung, kebetulan posisi kita berhadapan didepan bonsai ini, tiba-tiba tanpa ditanya, juri berkomentar, sayang sekali pohon ini sebenarnya penampilannya lumayan bagus, kematangan cukup, cuma sayang kelihatan kurang sehat, daunnya hijau pucat, tidak jelas persis apakah jurinya mengetahui yang diajak bicara itu yang empunya pohon, kita beri penjelasan,
"itu bukan kurang sehat bapak", warna daunnya memang demikian karena jenisnya veriegata. Sedikit geli juga rasanya, dalam hati berkata, kacau juga ini, kalau yang kasih nilai aja bisa salah persepsi bagaimana pula yang awam ?. Lumayan juga hasilnya mungkin dengan penjelasan tadi, palu diketok divonis sebagai nomor 2 saat itu, walau prestasinya pas-pas an, karena perasaan bonsai ini tidaklah jelek, begitu ada kesempatan kontes Regional diuji coba lagi, berbekal pengalaman terdahulu, kali ini tampil botak tanpa daun, mana tahu hasilnya bisa lebih bagus. Alangkah apes dan malangnya nasib pohon ini, kalau dulu di upper cut masih bisa menghindar, sekali ini terhujam hook kiri kanan , tewas terkapar telentang tak berdaya!! ....Pakcik,
dasar barang kelas lokalan juga rupanya. Sedikit kecewa memang, ketika berdiskusi dengan juri apa sih dosa ulmus ini, ini jawabannya, sebenarnya pohon ini bagus, kematangan cukup cuma
kurang lebat, entah apa arti kurang lebat itu tidak perlu ditanya lagi..... yang jelas maju kena mundur kena, tamat sudah riwayatnya. Bagi saya walau tidak punya prestasi , bonsai ulmus veriegata ini adalah salah satu koleksi kesayangan, biarlah jadi penghias pilar dihalaman rumah saja.
Bonsai Delima batu ini adalah refleksi dari semua hasrat bonsai seorang Kapitan Andy, sangking terpengaruhnya perasaan sayang terhadap pohon ini, akhirnya dipakai sebagai logo perusahaan sendiri, banyak yang menilai tidak begitu istimewa, hanya sosok batang lumayan gede dengan perakaran yang mewah, aura kokoh dan wibawa sangat kentara dengan gaya formal berdiri tegak, keluwesan batang sedikit tertolong dengan kerokan dibagian atas sehingga memberi kesan mengecil yang bagus, resiko kenekatan ini tentu lubang kerokan yang lumayan besar dan sangat mempengaruhi penampilan, selama 3 tahun hangus berlalu hanya untuk mendapatkan ranting yang sesuai guna mengisi kelengkapan dimensi pohon.
Walau perantingan sudah hampir terpenuhi, kini masalah lain juga bukan tidak ada, bisa jadi karena terlampau sering tunas ranting dikorbankan pertumbuhan sedikit terhambat. Tidak banyak yang bisa dikupas terhadap pohon ini, sudah begitu banyak waktu terbuang hanya menunggu ranting, tidak tahu apakah akan menjadi yang terbaik atau bahkan bisa tinggal kenangan jadi rongsokan. Mari kita tunggu bersama.
Sebenarnya masih ada beberapa
"Masterpiece" ala Kapitan Andy yang bisa memanjangkan cerita ini, namun apa daya, Lenong Betawi sudah berkumandang Jali-jali dari Cikini, mari kita tutup cerita cukup sampai disini.