Senin, 10 Januari 2011

Save the best for last

Setelah sekian lama tidak lagi bercerita dan berkeluh kesah,  tiba-tiba  ada bisikan dihati yang memicu semangat untuk  membuat beberapa catatan kembali  di kala suasana hati penuh gelisah dan putus asa.  Ini kisah Kho Ping Hoo nya....... 

Masih terasa menggaung ditelinga ketika beberapa teman bonsai berujar, kalau yang bagus-bagus sudah  terjual, mana bisa main bonsai lagi Bang ?. Ketika itu memang hanya senyum dan mulut diam terkunci saja yang bisa diperbuat.  Memang tidak dipungkiri sisa-sisa tenaga yang ada alias bonsai-bonsai sampah yang tidak terjual membuat pikiran dan tenaga sedikit terkuras, betapa tidak setelah berikrar berhenti main bonsai untuk memulainya kembali adalah sangat-sangat berat.

Semua  kelesuan tiba-tiba sirna layak didoping Extra-Joss, frustrasi dan perasaan karma bermain bonsai yang dulu menjadi sugesti sendiri ditepis jauh-jauh.  Hidup mesti berpikiran  positip, tidak pantas duduk diam tidak berbuat sesuatu sama sekali, walau bisa dikatakan menghibur atau  menipu diri sendiri,  anggap saja bonsai kita  belum diminati orang, itu karena selera masing-masing orang memang berbeda, lebih ekstrim berasumsi saja,  mungkin  orang yang menilai barang kita belum begitu paham bonsai,  emas tapi dilihat tembaga begitulah kira-kiranya.  Konyol memang pikiran ini, tapi masa bodohlah, toh belum tentu  kesimpulan diatas salah, bisa jadi ada  juga  benarnya.

Seperti lagu yang kepanjangan Intro,  sudah selayar penuh huruf-huruf  di laman situs ini belum nampak inti ceritanya, baiklah kita  mulai  sekarang............

Ini adalah awal kebangkitan dari kematian rasa terhadap Bonsai seorang Kapitan Andy,  adalah putra dan sebuah pohon Lohansung  yang menjadi pemicu dan pendorongnya,  dari kedua inilah  keluar  marwah dihati untuk mendapatkan  sesuatu yang terbaik  dari yang masih tersisa.

Kepada putraku tersayang  Andre,

Bonsai sudah menjadi bumbu  hidup orangtuamu,  masih  ada di ingatan  dan terbayang  akan kesedihan dihati kamu ketika melihat pajangan indah  yang biasanya sering kamu  lihat dikala pagi atau sore setiap berangkat dan pulang  sekolah satu persatu dibawa orang.  dan masih belum terlupakan  sebuah pertanyaan  yang belum pernah dijawab, " Papi kenapa  bonsainya dijual ?."     Pertanyaan ini tidak diperlukan jawabannya,  bila  kamu sudah lebih dewasa,  tentu akan paham dan mengerti  dengan sendirinya bagaimana sebuah kehidupan harus dijalanin  dan dihadapi. 

Jangan bersedih anak ku, dari sekian banyak pohon yang tidak diambil orang, ada sebuah pohon Lohansung yang  sangat mirip dengan diri kamu, sekarang masih  jauh dari kelihatan sebagai  pohon bagus, tetapi firasat ayahmu mengatakan lain, pohon ini   memang  sengaja disimpan karena diharapkan  akan menjadi yang terbaik. Batang pohon ini   tidak begitu besar tetapi mempunyai perakaran yang sangat mewah, kokoh dan kuat. Sama dengan dirimu anak ku,  pondasi  kuat dirimu adalah kejujuran,  anugerah pengetahuan dan kepintaran  serta  imanmu yang  kuat.


Pohon ini akan dirawat dan ditempah dengan baik agar menjadi yang terbaik dan cantik, sama dengan harapan orangtua  terhadap kamu agar kelak berguna bagi dirimu sendiri dan keluarga,  mungkin diperlukan waktu bisa lebih lama daripada waktu yang engkau perlukan untuk menyelesaikan kuliahmu, tetapi inilah tekad ayahmu, setiap memegang dan merawat pohon ini perasaan dihati adalah sama seperti merawat kamu juga.

Semoga harapan terhadap putra tersayangku dan pohon ini menjadi kenyataan,  bila kelak kedua harapan ini terkabul, " terimakasih Tuhan, Engkau sungguh baik hati, genaplah sabdaMu,  datanglah padaKu, mintalah dan engkau akan diberi, Tuhan mempunyai sejuta cara misterius untuk membantu umatNya yang percaya dan taat kepadaNya."  Amin........



Berikut adalah sisa-sisa bonsai "Peninggalan Revolusi"  yang banyak menyimpan kenangan dan harapan yang  akan dipertahankan terus  demi menggapai  impian sebagaimana  wujud  headline laman  ini  yaitu  Save the best for last.




Bonsai Lohansung 25Cm ini  termasuk istimewa, terutama dinilai dari jenisnya  untuk bonsai seukuran ini,  besar batangnya memadai, kelengkapan  perantingan sudah cukup  dan sempurna,  kekurangannya saat  ini adalah kematangannya, sempat dibursakan  tetapi entah kenapa tidak begitu diminati orang,  titik lemah yang menjadi perhatian orang hanya sepotong ranting tempelan yang memang sengaja belum disempurnakan atau dipotong untuk menunggu penyatuan tempelannya agar lebih kokoh dan "ngelas" istilah yang sering dipakai pebonsai. Tidak tahu pasti mungkin hanya perasaan egoisme sendiri saja menilai bonsai ini baik dan isitmewa. Karena belum pernah naik meja alias kontes, omongan Kapitan bisa jadi pepesan kosong belaka,  ditunggu saja  kemunculannya di meja kontes apabila telah siap saji.



Bonsai mungil ini  diperoleh 4 tahun yang lalu. awal dibeli hanya pertimbangan jenis bukan bentuk pohonnya, maklum pemula, jenisnya Lada-Lada,  mendengar nama jenis saja sudah terkesiap karena memang belum pernah terdengar  telinga saat itu, tidak perlu banyak pikir sambar terus.  Setelah  beberapa lama di  " permak " dan dirawat, tibalah saatnya untuk diajak bertempur, prestasi bonsai  ini  lumayan dahsyat, sampai diberi julukan juara abadi  kelas Small  di Medan, 4 kali ikut kontes, 4 kali  dinobatkan sebagai yang nomor satu.  Sangat disayangkan sejarahnya berakhir baru-baru ini saat diuji nyali pada ajang kontes perdana Regional di Medan,  rapornya mau tahu.....  terkapar  KO...... keok....  Pakcik...  rupanya selama ini cuma jago di kontes  skala  "RT" an aja,  untuk pertama kali Kapitan pulang tangan kosong dengan pohon ini, tidak jelas apa salahnya.  Tidak perlu kecewa,  cukup diberi ultimatum, kalau kesempatan lain ikut bertempur pulang tanpa piala....... CINCANGGGGGG  saja... , Suhu Kang Asep berguyon, kalau sekali lagi pulang tangan kosong PECAT aja trainernya.... Busyettt... .. jangan Suhu.... kan gua trainernya,  masak  senjata makan tuannya..............


Sudah jodoh, begitulah pohon kemuning ini sejak dari bahan galian sudah seperti akan mengikuti kita selalu, beberapa kali sempat hampir dibeli orang, entah bagaimana hanya masalah sepele transaksi selalu gagal, penampilan  pohon ini sangat natural dan indah sekali,  sebagian pebonsai  Medan  meragukan pendapat ini karena masih terpaku dengan gaya bonsai klasik, maklum saja sosok pohon ini muncul dengan aura batang bersih dengan perantingan yang agak jauh dari pangkal batang,  bagi yang suka gaya atau bentuk Chinese Style mungking akan mengacungkan jempol. Tidak perlu berpolemik,  mulut orang punya, pohon kita punya,  jadi yang terpenting ada kepuasan tersendiri dengan mengoleksi pohon berpenampilan demikian,  dengan keyakinan penuh saya menilai kemuning ini  akan berbicara banyak kelak apabila perantingannya telah matang sempurna. Apa mau dikatakan ketika bolak-balik dikomentari tanpa ada titik temu,  akhirnya  emosi timbul juga, diputuskan  tidak dijual lagi, sebagai pertanda awal bahwa pengamatan  tidak salah dengan nekad  perantingan yang sebenarnya masih diperlukan waktu untuk menambah kematangannya dengan sangat berat dan terpaksa ditebas juga.  Emosi sesaat menghapus penantian tahunan, tetapi tidak masalah bukan kontes tujuan utama,  yang penting  mata seorang Kapitan harus dipercaya,  pohon kemuning ini akan kita buktikan cantik dan indah...........   kalau setuju,  terima kasih atas apresiasi anda terhadap pendapat kita.


Ulmus Veriegata ini diperoleh seangkatan dengan bonsai Lada-Lada,  dibeli karena veriegatanya, pohon ini jarang sekali  diuji muka, maklum  sedikit sulit  mendandaninya,  pernah sekali  ikut bertempur  di lokalan,  nyaris di upper cut.  Karena kontes lokalan  dan non PPBI, Juri bebas berbicara sesama pengunjung,  kebetulan  posisi  kita berhadapan didepan bonsai ini,  tiba-tiba tanpa ditanya, juri berkomentar, sayang sekali pohon ini  sebenarnya  penampilannya  lumayan bagus, kematangan cukup,  cuma sayang kelihatan kurang  sehat, daunnya  hijau pucat,  tidak jelas persis  apakah jurinya mengetahui yang diajak bicara itu yang empunya pohon,  kita beri penjelasan, "itu bukan kurang sehat bapak", warna daunnya memang demikian karena jenisnya veriegata.  Sedikit  geli juga rasanya,  dalam hati berkata,  kacau juga ini,  kalau  yang kasih  nilai aja bisa salah persepsi  bagaimana  pula yang awam ?.  Lumayan juga hasilnya mungkin dengan penjelasan tadi, palu diketok divonis sebagai  nomor 2  saat itu,  walau prestasinya pas-pas an,  karena perasaan bonsai ini tidaklah jelek, begitu  ada kesempatan kontes Regional diuji coba  lagi,  berbekal pengalaman terdahulu, kali ini tampil botak tanpa daun,  mana tahu hasilnya bisa  lebih  bagus.   Alangkah apes dan malangnya nasib pohon ini,  kalau dulu di upper cut  masih bisa menghindar,   sekali ini terhujam  hook kiri kanan , tewas terkapar telentang tak berdaya!! ....Pakcik,  dasar barang kelas lokalan juga rupanya.  Sedikit kecewa memang, ketika berdiskusi dengan juri apa sih dosa ulmus ini,  ini jawabannya, sebenarnya pohon ini bagus, kematangan cukup cuma  kurang lebat,  entah apa arti kurang lebat itu tidak perlu ditanya lagi..... yang jelas maju kena mundur kena,  tamat sudah riwayatnya.  Bagi saya walau tidak punya prestasi , bonsai ulmus veriegata ini adalah salah satu koleksi kesayangan, biarlah jadi penghias pilar dihalaman  rumah saja.


Bonsai Delima batu  ini adalah refleksi dari semua hasrat bonsai seorang Kapitan Andy, sangking terpengaruhnya perasaan sayang terhadap pohon ini, akhirnya dipakai sebagai logo perusahaan sendiri,  banyak yang menilai tidak begitu istimewa,  hanya sosok batang lumayan gede dengan perakaran yang mewah,  aura kokoh dan wibawa sangat kentara dengan gaya formal berdiri tegak, keluwesan batang sedikit tertolong dengan kerokan dibagian atas sehingga memberi kesan mengecil yang bagus,  resiko kenekatan ini tentu lubang kerokan yang lumayan besar dan sangat mempengaruhi penampilan,  selama 3 tahun hangus berlalu hanya untuk mendapatkan ranting yang sesuai guna mengisi kelengkapan dimensi pohon.

Walau perantingan sudah hampir terpenuhi,  kini masalah lain juga bukan tidak ada, bisa jadi karena  terlampau sering tunas ranting dikorbankan pertumbuhan sedikit terhambat. Tidak banyak yang bisa dikupas terhadap pohon ini,  sudah  begitu banyak waktu terbuang hanya menunggu ranting,  tidak tahu  apakah akan menjadi yang terbaik atau bahkan bisa tinggal kenangan jadi rongsokan. Mari kita tunggu bersama.



Sebenarnya masih ada beberapa  "Masterpiece" ala Kapitan Andy yang bisa memanjangkan cerita  ini, namun apa daya,  Lenong Betawi sudah berkumandang Jali-jali dari Cikini,  mari kita tutup cerita cukup sampai disini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar