Dua tahun lalu ketika pertama mengunjungi sanggar bonsai ini yang baru beberapa bulan memulai kegiatannya memang terbesit juga keraguan akan kelangsungannya. Betapa tidak pada saat itu perbonsaian di Medan masih dalam kondisi lesu seakan tidur tidak bersuara.
Tidak jelas apa yang menjadi dorongan bagi si anak muda pengelolanya yang tidak mengatahui seluk beluk dunia persilatan bonsai mempunyai keberanian untuk memulai usaha ini.
Setelah eksis lebih 2 tahun, kini semua keraguan tertepis jauh, memang semua orang tahu untuk mencapai suatu kesuksesan diperlukan ketekunan, kerja keras serta rezeki dari yang Kuasa, semua berkah ini tidak bisa dipaksa, kadang kala datang dengan sendirinya tanpa terduga.
Dahulu disanggar ini hanya terlihat sebuah tenda darurat dengan beberapa pilar yang tersambung papan kayu diatasnya, dengan jejeran barisan pilar yang dapat dihitung jari dan beberapa bonsai ukuran tidak lebih tinggi dari botol minuman mineral, Akhun memulai usaha bonsainya, maaf saja bang Akhun, pada saat itu hati saya berkata, " anda tidak menjual bonsai tapi pohon berkawat ".
Sedikit religius memang kalau dikatakan Tuhan bekerja dengan berjuta cara misterius tanpa kita ketahui dalam membantu orang yang beriman dan percaya kepada Nya, ungkapan ini entah sudah sekian kali tersirat di tulisan saya. bagi anda yang membaca tulisan ini dan tidak mengenal Akhun tentu akan bertanya. Bagi saya, ini adalah jawaban dari Tuhan, selama ini setiap kali bertemu dengan yang bersangkutan bila terbesit sedikit keprihatinan akan kelangsungan usahanya, Akhun selalu berkata, biarlah bang, kita sudah berusaha, rezeki ditangan Tuhan.
Ada apa sebenarnya disanggar bonsai Akhun ini sehingga menjadi menarik untuk diberitakan kepada anda.
Sebagai seorang pengamat bonsai di Medan, Saya mempunyai kriteria tertentu untuk menilai sesuatu yang dikatakan layak dan pantas untuk diberitakan. Bagi anda yang sudah pernah dan sering mengunjungi Sanggar Bonsai Akhun tentu tidak perlu lagi membacanya, tanpa membacanyapun, saya yakin anda akan mempunyai persepsi yang sama dengan saya.
Jadi apa yang menarik kawan ?. Kita simak beberapa kejadian menarik yang terjadi di sanggar bonsai Akhun ini.
- Pertama adalah keberadaan sanggar ini yang kian hari kian ramai dikunjungi orang, coba bayangkan, awal hanya terlihat barisan pilar bisa dihitung jari dan sebuah tenda darurat, kini sudah terbentang ratusan pilar dan beberapa tenda permanen, dulu hanya teronggok beberapa Pohon Berkawat, kini tersusun rapi diatas pilar didalam wadah pot keramik puluhan bahkan ratusan pohon-pohon yang layak disebut Bonsai dalam arti kata sebenarnya.
- Keramaian sanggar ini bertambah lagi pada saat tertentu, terutama setiap akhir pekan para penggemar Burung Berkicau secara rutin berkumpul, belakangan ini komunitas penggemar Suiseki juga sepertinya memanfaatkan suasana ramai disanggar ini sebagai tempat untuk saling berbagi pengalaman.
- Peralatan dan aksesoris bonsai juga hampir lengkap dijual, dari wadah tanaman keramik impor sampai kepada peralatan bonsai semua ada, bahkan buku-buku impor bonsai juga tersedia, sebutan orang gaul sanggar Akhun ini one stop shopping, Jangan lupa komisinya..ya bang Khun !!!!
- Door to door Service rupanya juga dilayani, penggemar bonsai Medan kini sudah begitu dimanjakan, dengan telepon saja, pohon dijemput, semua masalah perawatan dari repotting sampai cantik disalon dan bahkan yang paling komplit apabila ada agenda adu kecantikan alias kontes, bisa dibantu sampai ke meja kontes, ketika pohon kembali ke empunya, bagi yang beruntung tentu dengan bonus piala dan sertipikat lagi, untuk itu tidaklah mengherankan kalau mesti merogoh kocek sedikit lebih dalam.
- Yang ini diakui seni menjual kelas tinggi, entah belajar dari mana "prinsip mengorek kantong orang buatlah dia tersenyum" betul-betul terjadi, bonsai dengan bandrol puluhan juta tanpa membayarpun, bila diizinkan segera akan bertengger dihalaman rumah anda, setelah sekian waktu bila tidak berkenan dihati, tidak perlu sungkan, akan dibawa kembali tanpa perlu membayar sepeserpun, ketika ditanya, Akhun cuma menambahkan "ya nengok-nengok orang juga bang".
Semua yang diatas sebenarnya hanyalah kelebihan yang biasa terjadi di dunia usaha, management usaha yang baik dan profesional kata orang, sebenarnya kesimpulam diatas bukan inti yang akan diberitakan, saya terpanggil untuk memberitakan sanggar Akhun ini bukan karena perkembangan usahanya tetapi lebih kepada kemampuan sanggar Akhun sekarang ini menghasilkan karya bonsai yang bermutu. Semua ini mulai tampak berhasil dengan baik setelah keberadaan seorang Trainer yang permanen berkarya di sanggar ini, Adalah Yetno namanya, beda karakter memang antara suhu Asep yang berwajah serius dan merokok terus dengan Yetno, mekanik dari Medan ini lebih banyak senyum, karena tidak merokok kebiasaan kerja sambil bersenandung bagai perkutut yang berkicau terus menjadi ciri khasnya.
Sudah lumayan lama Kang Yetno kita kenal, beberapa karyanya pantas diberi apresiasi yang tinggi, namun sangat disayangkan, sebagian besar karyanya seperti layu sebelum berkembang, maklum para kolektor yang mengincar karyanya hanya berjiwa pembeli tetapi tidak bisa merawat dengan baik, apa mau dikata sebagian hilang tanpa bekas alias tewas mengenaskan, sebagian yang beruntung masih diizinkan hidup juga dalam kondisi sekarat.
Duet AKhun Yetno mesti diperhitungkan, beberapa kali menyaksikan sendiri bahan galian ataupun pohon sekarat di "dandani" dalam waktu singkat berubah drastis bukan saja pantas untuk bursa tetapi sebagai senjata tempur andalan diajang kontes juga sangat layak sekali.
Beberapa polesan Instant mekanik Yetno di sanggar Akhun ini bisa menggelisahkan penggemar bonsai, sebagai contoh Hokiantea ini, bahan lelangan terbuang yang sebelumnya tidak pernah dilirik orang. dengan beberapa sentuhan saja menjelma bak penari Bali, cukup indah sekali, sedikit kematangan akan menjadikan bonsai ini tergolong istimewa dan layak dikoleksi.
Bonsai Jeruk kingkit ini sangat baik sekali, bila pohon ini suatu saat mendulang prestasi, saya adalah orang pertama yang berbangga hati, betapa tidak, trompet misteri keunikan pohon ini telah dibunyikan beberapa kali, seperti anjing menggonggong kafilah berlalu tidak ada yang menggubris dan percaya, dengan penampilan batang luwes dan dimensi perantingan yang serasi, bonsai ini sudah bisa dikatagorikan siap saji, kematangannya tidak begitu perlu diharapkan lagi, secara anatomi sudah proporsional dengan besar batangnya, hanya diperlukan sedikit kelebatan cucu ranting saja, ini adalah karya trainer bonsai Medan yang saya proyeksikan akan bisa berprestasi dikemudian hari.
Ada perkembangan yang membesarkan hati, bila umumnya pecinta dan trainer bonsai di Medan masih terpaku di pola klasik, karya sanggar ini sudah mengadaptasi gaya moderen, dengan cara moderen sekarang pembentukan bonsai sudah bisa dipermudah dan kelihatan alamiah, lihat saja anting putri ini yang hanya dipola apa adanya saja, agak disayangkan batang menuju mahkota dipotong agak kependekan sedikit, bila jarak antara leher mahkota dan ranting kirinya agak berjauhan, tak perlu komentar lagi, dalam gambar tampak masih ada ranting baru disebelah kiri bawah yang dipelihara terus, Yetno berkata, ini untuk dijual, kebanyakan kolektor masih mengharapkan pola simetris, jadi dibiarkan saja, bila pohon ini akan dipertahankan memang dibuang malah lebih bagus, tepat kang Yetno, sudah saatnya berinovasi, jangan terpaku aturan, bonsai adalah seni, bagaimanapun bagus menurut kita belum tentu orang lain.
Untuk anda yang mungkin berkenan melihat lebih banyak dari apa yang diceritakan disini, dapat juga mengakses di Facebook Akhun Doge ataupun sedekar refreshing dan bersilahturahmi langsung ke Sanggarnya yang terletak di Jalan Sutomo kompleks Gelanggang Remaja Medan.
Musik atau lagu termasuk yang paling mengusik jiwa ketika saya membuat suatu catatan bonsai, ini salah satunya. Boleh dikatakan hampir semua kalangan di Indonesia pernah mendengar dan menyukai balada Ebit G Ade dengan judul lagu sebagaimana tajuk tulisan ini, memang beruntung dan bernasib baik kang Ebiet senantiasa disukai dan dipuja, sangat berbeda dengan ulasan diatas, karena bukan sebuah lagu tetapi cuma balado ala Kapitan Andy, aroma wangi dan enak tapi pedas, sangat disadari bahwa tidak semua orang suka yang pedas-pedas, terlebih lagi yang tidak makan tetapi merasa kepedasan.
Tulisan ini bukan illustrasi promosi atau dengan tujuan komersial, tetapi murni dari apa yang dilihat dan pantas diberitakan. Sebagai manusia kita harus bisa menghargai dan menghormati kelebihan orang lain.
Sudah lumayan lama Kang Yetno kita kenal, beberapa karyanya pantas diberi apresiasi yang tinggi, namun sangat disayangkan, sebagian besar karyanya seperti layu sebelum berkembang, maklum para kolektor yang mengincar karyanya hanya berjiwa pembeli tetapi tidak bisa merawat dengan baik, apa mau dikata sebagian hilang tanpa bekas alias tewas mengenaskan, sebagian yang beruntung masih diizinkan hidup juga dalam kondisi sekarat.
Duet AKhun Yetno mesti diperhitungkan, beberapa kali menyaksikan sendiri bahan galian ataupun pohon sekarat di "dandani" dalam waktu singkat berubah drastis bukan saja pantas untuk bursa tetapi sebagai senjata tempur andalan diajang kontes juga sangat layak sekali.
Beberapa polesan Instant mekanik Yetno di sanggar Akhun ini bisa menggelisahkan penggemar bonsai, sebagai contoh Hokiantea ini, bahan lelangan terbuang yang sebelumnya tidak pernah dilirik orang. dengan beberapa sentuhan saja menjelma bak penari Bali, cukup indah sekali, sedikit kematangan akan menjadikan bonsai ini tergolong istimewa dan layak dikoleksi.
Bonsai Jeruk kingkit ini sangat baik sekali, bila pohon ini suatu saat mendulang prestasi, saya adalah orang pertama yang berbangga hati, betapa tidak, trompet misteri keunikan pohon ini telah dibunyikan beberapa kali, seperti anjing menggonggong kafilah berlalu tidak ada yang menggubris dan percaya, dengan penampilan batang luwes dan dimensi perantingan yang serasi, bonsai ini sudah bisa dikatagorikan siap saji, kematangannya tidak begitu perlu diharapkan lagi, secara anatomi sudah proporsional dengan besar batangnya, hanya diperlukan sedikit kelebatan cucu ranting saja, ini adalah karya trainer bonsai Medan yang saya proyeksikan akan bisa berprestasi dikemudian hari.
Ada perkembangan yang membesarkan hati, bila umumnya pecinta dan trainer bonsai di Medan masih terpaku di pola klasik, karya sanggar ini sudah mengadaptasi gaya moderen, dengan cara moderen sekarang pembentukan bonsai sudah bisa dipermudah dan kelihatan alamiah, lihat saja anting putri ini yang hanya dipola apa adanya saja, agak disayangkan batang menuju mahkota dipotong agak kependekan sedikit, bila jarak antara leher mahkota dan ranting kirinya agak berjauhan, tak perlu komentar lagi, dalam gambar tampak masih ada ranting baru disebelah kiri bawah yang dipelihara terus, Yetno berkata, ini untuk dijual, kebanyakan kolektor masih mengharapkan pola simetris, jadi dibiarkan saja, bila pohon ini akan dipertahankan memang dibuang malah lebih bagus, tepat kang Yetno, sudah saatnya berinovasi, jangan terpaku aturan, bonsai adalah seni, bagaimanapun bagus menurut kita belum tentu orang lain.
Untuk anda yang mungkin berkenan melihat lebih banyak dari apa yang diceritakan disini, dapat juga mengakses di Facebook Akhun Doge ataupun sedekar refreshing dan bersilahturahmi langsung ke Sanggarnya yang terletak di Jalan Sutomo kompleks Gelanggang Remaja Medan.
Musik atau lagu termasuk yang paling mengusik jiwa ketika saya membuat suatu catatan bonsai, ini salah satunya. Boleh dikatakan hampir semua kalangan di Indonesia pernah mendengar dan menyukai balada Ebit G Ade dengan judul lagu sebagaimana tajuk tulisan ini, memang beruntung dan bernasib baik kang Ebiet senantiasa disukai dan dipuja, sangat berbeda dengan ulasan diatas, karena bukan sebuah lagu tetapi cuma balado ala Kapitan Andy, aroma wangi dan enak tapi pedas, sangat disadari bahwa tidak semua orang suka yang pedas-pedas, terlebih lagi yang tidak makan tetapi merasa kepedasan.
Tulisan ini bukan illustrasi promosi atau dengan tujuan komersial, tetapi murni dari apa yang dilihat dan pantas diberitakan. Sebagai manusia kita harus bisa menghargai dan menghormati kelebihan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar