Kamis, 27 Januari 2011

Titip Salam untuk Sifu

Kalau mengikuti Kris Dayanti menghitung hari, memang sudah ratusan hari tidak pernah ketemu, buat Sifu Asep, (Istilah ini dari teman bonsai di Malaysia, katanya  disana pakar bonsai disapa Sifu), entah apa lagi yang bisa disampaikan setelah sekian lama tidak "kuliah" di Cihideung.

Bukan murtad tidak tahu balas budi, tapi jarak dan kantong membuat muridmu sementara ini tidak beranjak, bertapa di kampung halaman.  Dengan dongeng ini mudah-mudahan tali sillahturahmi tidak putus,  ini based  on True Story  seperti  pesan sponsor di film barat.

Sewaktu ngopi dan makan siang dengan tahu pong,  Sifu pernah berkata, bukan tidak mungkin kalau senekad begitu suatu hari murid bisa jadi mendahului gurunya. Bisa jadi Sifu, tapi itu cuma ada dicerita film dan pesan nenek moyang kita saja, "Guru kencing berdiri murid kencing berlari",  muridmu ini beda, jangankan berlari sekarang mau kencing saja susah!!!   .......Wakakkkkkkkkakkkkkakkk....

Ini  pekerjaan rumah yang ditinggalkan guru untuk dikerjakan,  1 tahun juga belum tuntas. Bisa jadi sudah tidak ada sentuhan ilham dan seni men "cincang" lagi,  Sifu pernah berpesan teori bonsai dianjurkan apabila dimungkinkan, dalam kasus pohon ini bisa, tetapi diparuh kerja, karena banyak kecaman, dengan keyakinan dihati dan dimata, teori bonsai kita kebelakangkan.

Sifu Asep, mana tahu guru juga ada membaca jurnal ini,  yang disebutkan diatas, betul-betul diterapkan bukan diplesetkan.  Sekilas info dibawah ini akan jadi penjelasannya. 

Jelasnya begini,  kalau dilihat secara teori bonsai, Lohansung kecil  ini mestinya sudah layak disebut baik,  perakaran terbuka kiri kanan, tampak depan batang terang bersih tidak ada ranting menusuk mata, irama ranting enak mengikuti petunjuk kitab teori bonsai, sedikit sabar dan sentuhan seni melukis dimensi selesai sudah.

Banyak yang bilang bisa jadi tekanan masalah membuat kita jadi  kejam terhadap bonsai, bagi saya tidaklah demikian, panggilan alam yang mengilhami kita menciptakan sesuatu mendekati aslinya,  karena terlampau memfokuskan pandangan ditampak depan, lohansung tak tahu diri ini bagian belakangnya malah menjadi lebih sehat dan subur karena surplus perantingannya. Beberapa kali teman berkata, sayang pohon ini belakangnya kurang diperhatikan, sungsang sebelah,  depan bagus belakang tak karuan. Biar saja kata saya, nanti yang belikan bisa memotongnya sendiri, selera orang berbeda-beda.  

Seminggu, sebulan bahkan sudah beberapa bulan berlalu,  ketika saya bertanya kepada yang membantu  menjualkan pohon ini,  saya kaget, rupanya hampir semua pebonsai di Medan punya doktrin yang sama, ada rantingnya yang menusuk mata,  mulanya hanya pembelaan singkat dari saya, itukan bagian belakang saja, kenapa dipersoalkan.

Kesal tidak selamanya berbuah pahit,  ini sepertinya terjadi,  posisi belakang pohon yang paling banyak dikomentari dan tidak disukai orang, diputuskan untuk diperlihatkan sebagai tampak  depan. Teori bonsai betul-betul kita kebelakangkan,  terori alam kita kedepankan.  Dengan sedikit pengurangan ranting dan pengawatan, perantingan yang menghadap kedepan tetap dipertahankan,  diprinsip saya, teori sebatas dianjurkan, tapi egois dimata dan hati mesti diperjuangkan.

Bila Anda yang melihat perbandingan kedua posisi pohon ini boleh menilainya sendiri,  tidak jelas apa pengaruh optik kamera atau kurang foto genik pohon ini, di gambar  posisi awal  lebih bagus,  tetapi bila dilihat langsung yakinlah  hati dan mata Kapitan yang benar, kesan replika sebuah pohon dari alam benar-benar nyata. Beberapa teman bonsai sudah bisa menerimanya, bahkan menyatakan  lebih  bagus daripada  kondisi yang dulu....   Amin.... 


Jangan kecewa atas muridmu yang tidak pakai aturan Sifu Asep.
Tidak ada kabar,  dongeng ini  anggap saja sebagai salam dan sapaan.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar