Senin, 31 Januari 2011

No Tears

Ketika kesunyian dan kesedihan mengganggu jiwa, sebuah lagu terdengar seakan batin anak ku yang berbicara, inilah yang menjadi pengantar setiap kali situs ini dibuka, tidak jelas apa yang empunya lagu melantunkannya sebagaimana yang terjadi pada dirinya, tetapi ini benar-benar mendekati apa yang terjadi dalam kehidupan anak ku.


No tears - Song by James Blunt

Don't I know it? Nobody has to say
I've been lucky. Guess I was born that way.
I thank my father, his absence has made me strong.
And I love my mother but she had troubles with God.

No tears for the life that you've led
You've had angels in your head
Did you hear them singing in the end
All the things that you've seen
All the things that could have been
Well I've been everything I want to be
So, no tears, no tears for me

Yeah, I've bathed in sunshine but cherished the fading light
And I heard my heartbeat faulter on a winter's night
I loved a woman but she didn't hear my prayers
So Lord, oh Lord, I'm yours
No tears

Cause someone somewhere's going home tonight
Trying to understand the sacrifice
So save your tears for those left behind

Ketika putus asa, pasrah dan tidak tahu mesti berbuat apa, sebuah pohon Sianto menghampiri saya, semua yang melihat prihatin, tidak semestinya bagi orang yang lumayan pengetahuannya di dunia persilatan bonsai membelinya.

Tidak begitu teman, setidaknya orang yang menjual tersebut sudah berbuat untuk dirinya,  mestinya dia lebih mulia dari kita, tidak berharap banyak tetapi berusaha, jangan  merasa heran  bila ada orang yang mengorbankan  beberapa ratus ribu Rupiah untuk membantu sesamanya, bukan  berarti  disia-siakan dengan pohon ini.

Kasihani dirimu sendiri baru mengasihani orang lain seharusnya demikian, tetapi semuanya sudah tejadi, tidak perlu ada penyesalan, bukankah dikala mengalami kesulitan kita juga banyak mndapat pertolongan dari orang.


Hanya guyon, bila telah sehat dan berbuah lebat  pohon Sianto ini akan dijadikan pohon berkah sebagaimana yang di pulau Jawa,  jadi  anda  tidak perlu repot hanya  ke Gunung Kawi lagi,  di Medan  juga  segera ada cabangnya.   

Mungkin anda tidak pernah tahu, bahwa  sudah  banyak orang yang berdoa lebih banyak daripada makannya setiap hari,  apa yang diharapkan ?. Tidak perlu ditanya, semuanya terjawab dibawah ini :

Tuhan tahu isi hati kita
Tuhan tahu kebutuhan kita,
Nyanyikanlah lagu baik bagi Tuhan
Sebab karyaNya nyata dan ajaib

Kamis, 27 Januari 2011

Titip Salam untuk Sifu

Kalau mengikuti Kris Dayanti menghitung hari, memang sudah ratusan hari tidak pernah ketemu, buat Sifu Asep, (Istilah ini dari teman bonsai di Malaysia, katanya  disana pakar bonsai disapa Sifu), entah apa lagi yang bisa disampaikan setelah sekian lama tidak "kuliah" di Cihideung.

Bukan murtad tidak tahu balas budi, tapi jarak dan kantong membuat muridmu sementara ini tidak beranjak, bertapa di kampung halaman.  Dengan dongeng ini mudah-mudahan tali sillahturahmi tidak putus,  ini based  on True Story  seperti  pesan sponsor di film barat.

Sewaktu ngopi dan makan siang dengan tahu pong,  Sifu pernah berkata, bukan tidak mungkin kalau senekad begitu suatu hari murid bisa jadi mendahului gurunya. Bisa jadi Sifu, tapi itu cuma ada dicerita film dan pesan nenek moyang kita saja, "Guru kencing berdiri murid kencing berlari",  muridmu ini beda, jangankan berlari sekarang mau kencing saja susah!!!   .......Wakakkkkkkkkakkkkkakkk....

Ini  pekerjaan rumah yang ditinggalkan guru untuk dikerjakan,  1 tahun juga belum tuntas. Bisa jadi sudah tidak ada sentuhan ilham dan seni men "cincang" lagi,  Sifu pernah berpesan teori bonsai dianjurkan apabila dimungkinkan, dalam kasus pohon ini bisa, tetapi diparuh kerja, karena banyak kecaman, dengan keyakinan dihati dan dimata, teori bonsai kita kebelakangkan.

Sifu Asep, mana tahu guru juga ada membaca jurnal ini,  yang disebutkan diatas, betul-betul diterapkan bukan diplesetkan.  Sekilas info dibawah ini akan jadi penjelasannya. 

Jelasnya begini,  kalau dilihat secara teori bonsai, Lohansung kecil  ini mestinya sudah layak disebut baik,  perakaran terbuka kiri kanan, tampak depan batang terang bersih tidak ada ranting menusuk mata, irama ranting enak mengikuti petunjuk kitab teori bonsai, sedikit sabar dan sentuhan seni melukis dimensi selesai sudah.

Banyak yang bilang bisa jadi tekanan masalah membuat kita jadi  kejam terhadap bonsai, bagi saya tidaklah demikian, panggilan alam yang mengilhami kita menciptakan sesuatu mendekati aslinya,  karena terlampau memfokuskan pandangan ditampak depan, lohansung tak tahu diri ini bagian belakangnya malah menjadi lebih sehat dan subur karena surplus perantingannya. Beberapa kali teman berkata, sayang pohon ini belakangnya kurang diperhatikan, sungsang sebelah,  depan bagus belakang tak karuan. Biar saja kata saya, nanti yang belikan bisa memotongnya sendiri, selera orang berbeda-beda.  

Seminggu, sebulan bahkan sudah beberapa bulan berlalu,  ketika saya bertanya kepada yang membantu  menjualkan pohon ini,  saya kaget, rupanya hampir semua pebonsai di Medan punya doktrin yang sama, ada rantingnya yang menusuk mata,  mulanya hanya pembelaan singkat dari saya, itukan bagian belakang saja, kenapa dipersoalkan.

Kesal tidak selamanya berbuah pahit,  ini sepertinya terjadi,  posisi belakang pohon yang paling banyak dikomentari dan tidak disukai orang, diputuskan untuk diperlihatkan sebagai tampak  depan. Teori bonsai betul-betul kita kebelakangkan,  terori alam kita kedepankan.  Dengan sedikit pengurangan ranting dan pengawatan, perantingan yang menghadap kedepan tetap dipertahankan,  diprinsip saya, teori sebatas dianjurkan, tapi egois dimata dan hati mesti diperjuangkan.

Bila Anda yang melihat perbandingan kedua posisi pohon ini boleh menilainya sendiri,  tidak jelas apa pengaruh optik kamera atau kurang foto genik pohon ini, di gambar  posisi awal  lebih bagus,  tetapi bila dilihat langsung yakinlah  hati dan mata Kapitan yang benar, kesan replika sebuah pohon dari alam benar-benar nyata. Beberapa teman bonsai sudah bisa menerimanya, bahkan menyatakan  lebih  bagus daripada  kondisi yang dulu....   Amin.... 


Jangan kecewa atas muridmu yang tidak pakai aturan Sifu Asep.
Tidak ada kabar,  dongeng ini  anggap saja sebagai salam dan sapaan.

 

Kamis, 13 Januari 2011

Recycle Bin

Yang empunya Microsoft, Bill Gates menulis di biographynya,  ketika disekolah, dia kesulitan mengerjakan atau  menjawab soalan ujian, hasilnya memang boleh dikatakan banyak mata pelajarannya tidak lulus, ketika itu dilihatnya beberapa temannya semua lulus dengan predikat baik bahkan ada yang Cum Laude, tetapi kini mereka itu semuanya bekerja sebagai karyawannya.

Sangat mengesankan kejadian diatas, apa nasib baik yang demikian bisa dipunyai semua orang, tak perlu pusing dengan biography oranglah, sudah biasa suatu keberhasilan selalu diberitakan,  bagaimana penilaian orang kalau suatu kegagalan atau ketidakberhasilan  diberitakan sebagai catatan hidupnya,  ini baru luar biasa, biarlah kisah sedih di hari minggu tidak jadi lagu saja, mudah-mudahan yang jelek-jelekpun enak juga dibaca.

Di applikasi atau desktop komputer sering kita jumpai Recycle Bin dengan iconnya tong sampah,  kalau sudah sampah biasanya  dibuang, nah yang diapplikasi kompuetr ada kelebihannya sedikit, boleh dibuang permanen atau dibiarkan saja, dan apabila merasa diperlukan bisa di Restore lagi. 

Dua pengantar barbau komputer diatas, sepertinya serupa tapi tak sama  dengan beberapa koleksi bonsai sampah dibawah ini.

Bernasib baiklah engkau wahai bonsai punya majikan seperti saya,  ini bukan sampah akan kita Restore kembali karena engkau sangat diperlukan, tidak perlu menjadi seperti Bill Gates menjadi duit karena bisa dijual sajapun sudah sangat berhasil namanya.

Buxus mame ini dulunya boncengan dari teman di Jawa, tolong dijuallah kalau ada yang minat katanya,  jangankan dijual mas, dilirikpun orang kagak doyan, maklum di Medan banyak sekali Buxus yang sudah dikatagorikan sebagai tanaman taman, tidak mengherankan yang jauh gedean pun ada dengan harga miring sekali,  malah pernah laku 4 pohon cepek kata orang Medan alias cuma 100 ribu Rupiah.

Mata tidak bisa dibohong, dari tong sampahlah buxus ini diambil dan didaur ulang,  posturnya bagus, mungkin kala dipajang cabang dan ranting serta mahkota, weeelllehhhh....  kata orang kayak brokoli busuk,  hijau sedikit bonyok kuningnya banyak, anak rating cuma segede lidi dan jarum kucar kacir lebat kering kerontang. Jenis Buxus sebagai bonsai seharusnya sudah banyak tetapi mengadaptasi pertumbuhan dan pola sebagai jenis bonsai lain sepertinya belum atau jarang nampak,  karena pohon ini di gratisin sama yang punya, apa salah  dipakai jurus coba-coba. nasib buxus ini tergolomg baik dipotong bawah di sikat bersih atas tinggal rangka ternyata bagus juga, saat awal masih diragukan bisa berlanjut hidupnya,  sejalan waktu sepertinya menjadikannya sebagai yang berguna bisa terwujud.

Masih teringat pesan teman bonsai, buxus ini tidak seperti anting putri,  potong satu tembak dua bang, hati-hati.  memang benar kawan, ini bukan anting putri, tapi buxus, jangan kuatir,  yang ini bisa patah tumbuh hilang berganti, potong satu tumbuh seribu  .....  konyolllll.....


Ini rokok paling mahal yang pernah dibeli, karena tidak punya uang kembalian, saya menukarkan uang pecahan 100 ribu Rupiah kepada penjual bonsai, karena tidak juga punya sebanyak itu akhirnya didahulukan  11.000 Rupiah untuk membayar uang rokok, sambil ngelantur sana sini sampai pamit pulang tidak ada yang belanja bonsai saat itu. Ketika itu penjual bonsainya berkata, udahlah ya bang, tak ada uang kembalinya, ini cenderawasih saja  kembaliannya,  setelah begitu lama tidak pernah ketawa, kejadian ini membuat saya benar-benar ketawa sampai tidak bisa mengeluarkan suara.

Pohon begitu dibeli, kata seorang teman ketika kerumah,  panas juga kuping saat itu,  kini setelah setahun lebih ditukangi ada kesan lain yang berbicara, bonsai mungil ini  tidaklah jelek menurut mata kita,  pertumbuhannya cepat  luar biasa,  jera memangkasnya, memang masih harus menunggu pertumbuhan cucu dan cicit rantingya,  dengan ukuran kecil  begitu  rasanya tidaklah terlalu lama,  

Entah bisa diterima atau tidak, kalau ada kesempatan untuk diuji coba, bukan tidak mungkin bonsai rokok ini bisa membuaikan mata, terlepas dari semua ini, saya tidak perduli,  setiap memandang pohon ini, apapun suasananya,  saya selalu ingin ketawa.............. sungguh tidak bohong.....


Ini betul-betul sampah yang didaur ulang,  pohon taman jenis Hokiantea ini dulu dipakai sebagai hiasan sudut halaman, tidak mahal cuma 75 ribu Rupiah,  masih teringat pernah dipakai sebagai pohon Natal dan digantungi lampu, setelah berkutat dengan bonsai pohon ini tersisihkan sendiri tanpa pernah dirawat lagi.

Yang unik dari pohon ini tinggi lurus tegak, memang agak jarang juga terlihat Hokiante dengan postur demikian, beberapa kali secara ikhlas sudah dihadiahkan kepada teman, tetapi entah kenapa, bisa jadi  ukurannya yang mencapai hampir 2 meter belum lagi ditanam dalam pot berukuran setinggi 65cm,  menjadikan pohon ini tidak terangkut selama ini.


Sewaktu bersih-bersih halaman, terkesiap juga dihati, betapa kasihannya pohon ini, biasanya kalau hokiantea dibiarkan tidak terurus tentu rantingnya bertumbuhan tidak menentu, tetapi pohon ini masih dalam bentuk pohon cemara di alam, sebagaian ranting memang sudah kering terutama di bagian atasnya.  Selang beberapa hari teringat juga gambaran sebuah bonsai di booklet bonsai Taiwan, tinggi menjulang dengan batang kurus sangat manis walau dibentuk secara sederhana saja, kelebihan lainnya cuma sudah ditanam dalam pot yang tipis.

Diberikan gratis juga enggan dibawa, tidak perlu pikir lama, pohon dicabut saja, ternyata tidak segampang dipikirkan,  sudah terjawab sudah, pertumbuhannya mandeg atau berhenti rupanya disebabkan perakaran yang sangat padat,  jalan keluar praktis, pot dipalu pecah, yang nampak cuma akar melingkar padat hampir tidak tampak media tanahnya lagi.

Nekad pasti bisa, ada tidak adanya pohon ini sebenarnya sudah sama,  akar dikikis hampir tinggal 20%, sangat tipis bila dibandingkan ukuran tingginya yang 2meter, sedikit adonan tanah, humus, pasir malang dan 2 genggam pupuk dekastar,  pohon ditancapkan ke pot bundar tipis yang kebetulan ada. Ampun ketinggian sepertinya, tidak perlu tunggu lama, atas ditebas,  kiri kanan, muka belakang, atas bawah, ranting yang dirasakan tidak perlu dibuang maka selesai sudah. Mengingat cara kerja instant dan asal jadi ini, seharusnya pohon ini  mestinya "Rojiun",  entah kenapa, setelah  6 bulan berlalu semua berjalan baik dan  pesan lagu Chryshe terjawab sudah,  tak selamanya mendung itu kelabu, nyatanya hari ini kulihat begitu ceria, oh pohon..., engkau luputkan aku dari sebuah dosa........

Ada juga keinginan untuk menempatkan pohon ini dalam pot keramik tipis seperti wong Taiwan, Mudah-mudahan yang "made in" Kapitan ini mana tahu suatu hari ada yang berkenan menempatkannya dalam bookletnya. 

Sudah tobat kumat lagi........

Selasa, 11 Januari 2011

Berita Kepada Kawan

Dua tahun  lalu ketika pertama mengunjungi sanggar bonsai ini  yang baru beberapa bulan memulai kegiatannya memang terbesit juga keraguan akan kelangsungannya. Betapa tidak pada saat itu perbonsaian di Medan masih  dalam kondisi  lesu seakan tidur  tidak bersuara.

Tidak jelas apa yang menjadi dorongan bagi si anak muda pengelolanya yang tidak mengatahui seluk beluk  dunia persilatan bonsai mempunyai keberanian untuk memulai usaha ini.

Setelah eksis lebih 2 tahun, kini semua keraguan tertepis jauh, memang semua orang tahu untuk mencapai suatu kesuksesan diperlukan ketekunan,  kerja keras serta rezeki dari yang Kuasa, semua  berkah ini tidak bisa dipaksa, kadang kala datang dengan sendirinya tanpa terduga.



Dahulu disanggar ini hanya terlihat sebuah tenda darurat dengan beberapa pilar yang tersambung  papan kayu diatasnya,  dengan jejeran barisan pilar yang dapat dihitung jari dan beberapa  bonsai ukuran tidak lebih tinggi dari botol minuman mineral,  Akhun  memulai usaha bonsainya,  maaf saja bang  Akhun,  pada saat itu  hati saya berkata, " anda tidak menjual bonsai tapi pohon berkawat "


Sedikit religius memang kalau dikatakan Tuhan bekerja dengan berjuta cara misterius tanpa kita ketahui dalam membantu orang yang beriman dan percaya kepada Nya,  ungkapan ini entah sudah sekian kali tersirat di tulisan saya. bagi anda yang membaca tulisan ini dan tidak mengenal Akhun  tentu akan bertanya. Bagi saya,  ini  adalah jawaban dari Tuhan,  selama ini  setiap kali  bertemu dengan yang bersangkutan bila terbesit sedikit keprihatinan akan kelangsungan usahanya,  Akhun selalu berkata, biarlah bang,  kita sudah berusaha,  rezeki ditangan Tuhan. 

Ada apa sebenarnya disanggar bonsai Akhun ini sehingga menjadi menarik untuk diberitakan kepada anda.
Sebagai seorang pengamat bonsai di Medan, Saya mempunyai kriteria tertentu untuk menilai sesuatu yang dikatakan layak dan pantas untuk diberitakan. Bagi anda yang sudah pernah  dan sering mengunjungi Sanggar Bonsai Akhun tentu tidak perlu lagi membacanya,  tanpa membacanyapun,  saya yakin anda akan mempunyai  persepsi yang sama dengan saya. 

Jadi apa yang menarik kawan ?.  Kita simak beberapa kejadian menarik yang terjadi di sanggar bonsai Akhun ini.

  • Pertama  adalah keberadaan sanggar ini yang kian hari kian ramai dikunjungi orang, coba bayangkan, awal hanya terlihat barisan pilar bisa dihitung jari dan sebuah tenda darurat,  kini sudah terbentang ratusan pilar dan beberapa tenda permanen,  dulu  hanya teronggok beberapa Pohon Berkawat,  kini tersusun rapi diatas pilar didalam wadah pot keramik puluhan bahkan ratusan pohon-pohon yang layak disebut Bonsai dalam arti kata sebenarnya.
  • Keramaian sanggar ini bertambah lagi pada saat tertentu, terutama setiap akhir pekan para penggemar Burung Berkicau  secara rutin berkumpul, belakangan ini komunitas penggemar Suiseki juga sepertinya memanfaatkan suasana ramai disanggar ini sebagai tempat untuk saling berbagi pengalaman.
  • Peralatan dan aksesoris bonsai juga hampir lengkap dijual, dari wadah tanaman keramik impor sampai kepada peralatan bonsai semua ada, bahkan buku-buku impor bonsai juga tersedia, sebutan orang gaul   sanggar Akhun ini one stop shopping,   Jangan lupa komisinya..ya  bang Khun !!!!
  • Door to door Service rupanya juga dilayani,  penggemar  bonsai  Medan kini sudah begitu dimanjakan, dengan telepon saja, pohon dijemput, semua masalah perawatan dari repotting sampai cantik disalon dan bahkan yang paling komplit  apabila ada agenda adu kecantikan alias kontes, bisa dibantu  sampai ke meja kontes,  ketika pohon kembali ke empunya, bagi yang beruntung tentu dengan bonus piala dan sertipikat  lagi,  untuk itu  tidaklah mengherankan kalau mesti merogoh  kocek sedikit  lebih  dalam.
  • Yang ini  diakui seni menjual kelas tinggi, entah belajar dari mana  "prinsip  mengorek kantong orang buatlah dia tersenyum" betul-betul terjadi,  bonsai dengan bandrol puluhan juta tanpa membayarpun, bila diizinkan segera akan bertengger dihalaman rumah anda,  setelah sekian waktu bila tidak berkenan dihati, tidak perlu sungkan, akan dibawa kembali tanpa perlu membayar sepeserpun, ketika ditanya, Akhun cuma menambahkan "ya nengok-nengok orang juga bang".


Semua yang diatas sebenarnya hanyalah  kelebihan yang biasa terjadi di dunia usaha,   management usaha yang baik dan profesional kata orang,  sebenarnya kesimpulam diatas bukan  inti yang akan diberitakan,  saya terpanggil untuk memberitakan sanggar Akhun ini bukan karena perkembangan usahanya tetapi lebih kepada kemampuan sanggar Akhun sekarang ini  menghasilkan  karya bonsai yang bermutu.  Semua ini  mulai tampak berhasil  dengan baik setelah keberadaan seorang Trainer yang  permanen berkarya di sanggar ini,  Adalah Yetno namanya,  beda karakter  memang antara suhu Asep yang berwajah serius dan merokok terus dengan Yetno,  mekanik dari Medan ini  lebih  banyak senyum, karena tidak merokok kebiasaan kerja sambil  bersenandung  bagai  perkutut yang berkicau terus menjadi ciri khasnya.

Sudah lumayan lama  Kang Yetno kita kenal,   beberapa karyanya pantas diberi apresiasi yang tinggi,  namun sangat disayangkan, sebagian besar karyanya seperti  layu sebelum berkembang, maklum para kolektor yang mengincar karyanya hanya berjiwa pembeli tetapi tidak bisa merawat dengan baik, apa mau dikata sebagian  hilang tanpa bekas alias tewas mengenaskan, sebagian yang beruntung  masih diizinkan hidup juga dalam kondisi sekarat. 

Duet AKhun Yetno mesti diperhitungkan,  beberapa kali menyaksikan sendiri  bahan galian ataupun pohon sekarat  di "dandani"  dalam waktu singkat  berubah drastis  bukan saja pantas untuk  bursa tetapi  sebagai senjata tempur andalan diajang kontes juga sangat layak sekali.

Beberapa polesan Instant mekanik Yetno di sanggar Akhun ini bisa menggelisahkan penggemar bonsai, sebagai contoh  Hokiantea ini,  bahan lelangan  terbuang  yang sebelumnya tidak pernah dilirik orang. dengan beberapa sentuhan saja menjelma bak penari Bali, cukup indah sekali, sedikit kematangan akan menjadikan bonsai ini tergolong istimewa dan layak dikoleksi.


Bonsai Jeruk kingkit ini sangat baik sekali,  bila pohon ini suatu saat  mendulang prestasi, saya adalah orang pertama yang berbangga hati, betapa tidak, trompet  misteri keunikan pohon ini telah dibunyikan beberapa kali,  seperti anjing menggonggong kafilah berlalu tidak ada yang  menggubris dan  percaya,   dengan penampilan batang  luwes dan dimensi perantingan yang  serasi,  bonsai ini sudah bisa dikatagorikan siap saji,  kematangannya  tidak begitu perlu diharapkan lagi, secara anatomi  sudah proporsional dengan besar batangnya, hanya diperlukan  sedikit kelebatan cucu ranting saja,  ini adalah karya trainer bonsai Medan yang  saya proyeksikan  akan bisa berprestasi dikemudian hari.


Ada perkembangan yang membesarkan hati, bila umumnya pecinta dan trainer bonsai di Medan masih terpaku di pola klasik,  karya sanggar ini sudah mengadaptasi gaya moderen,  dengan cara moderen sekarang   pembentukan bonsai  sudah bisa dipermudah dan kelihatan alamiah,  lihat saja anting putri ini yang hanya dipola apa adanya saja,  agak disayangkan batang menuju mahkota dipotong agak kependekan sedikit,  bila jarak antara leher mahkota dan ranting kirinya agak berjauhan, tak perlu komentar lagi,  dalam gambar tampak  masih  ada ranting baru disebelah kiri bawah yang dipelihara terus,  Yetno berkata, ini untuk dijual, kebanyakan kolektor masih  mengharapkan  pola simetris, jadi  dibiarkan saja, bila  pohon ini akan dipertahankan memang  dibuang malah lebih bagus,  tepat kang Yetno,  sudah saatnya berinovasi, jangan terpaku aturan, bonsai adalah seni, bagaimanapun bagus menurut kita belum tentu orang lain.

Untuk anda yang mungkin berkenan melihat lebih banyak dari apa yang diceritakan disini, dapat juga mengakses di Facebook Akhun Doge ataupun sedekar refreshing  dan bersilahturahmi langsung ke Sanggarnya yang terletak di Jalan Sutomo kompleks Gelanggang Remaja Medan.


Musik atau lagu termasuk yang paling mengusik jiwa ketika saya membuat suatu catatan bonsai, ini salah satunya. Boleh dikatakan hampir semua kalangan di Indonesia pernah mendengar dan menyukai balada Ebit G Ade dengan judul lagu sebagaimana tajuk tulisan ini, memang beruntung dan bernasib baik kang Ebiet senantiasa disukai dan dipuja,  sangat berbeda dengan  ulasan  diatas, karena bukan sebuah lagu tetapi cuma balado ala Kapitan Andy, aroma wangi dan enak tapi pedas, sangat disadari bahwa tidak semua orang suka yang pedas-pedas,  terlebih lagi yang tidak makan  tetapi  merasa kepedasan.


Tulisan ini bukan illustrasi promosi atau dengan tujuan komersial, tetapi murni dari apa yang dilihat dan pantas diberitakan. Sebagai manusia kita harus bisa menghargai dan menghormati kelebihan orang lain.

Senin, 10 Januari 2011

Save the best for last

Setelah sekian lama tidak lagi bercerita dan berkeluh kesah,  tiba-tiba  ada bisikan dihati yang memicu semangat untuk  membuat beberapa catatan kembali  di kala suasana hati penuh gelisah dan putus asa.  Ini kisah Kho Ping Hoo nya....... 

Masih terasa menggaung ditelinga ketika beberapa teman bonsai berujar, kalau yang bagus-bagus sudah  terjual, mana bisa main bonsai lagi Bang ?. Ketika itu memang hanya senyum dan mulut diam terkunci saja yang bisa diperbuat.  Memang tidak dipungkiri sisa-sisa tenaga yang ada alias bonsai-bonsai sampah yang tidak terjual membuat pikiran dan tenaga sedikit terkuras, betapa tidak setelah berikrar berhenti main bonsai untuk memulainya kembali adalah sangat-sangat berat.

Semua  kelesuan tiba-tiba sirna layak didoping Extra-Joss, frustrasi dan perasaan karma bermain bonsai yang dulu menjadi sugesti sendiri ditepis jauh-jauh.  Hidup mesti berpikiran  positip, tidak pantas duduk diam tidak berbuat sesuatu sama sekali, walau bisa dikatakan menghibur atau  menipu diri sendiri,  anggap saja bonsai kita  belum diminati orang, itu karena selera masing-masing orang memang berbeda, lebih ekstrim berasumsi saja,  mungkin  orang yang menilai barang kita belum begitu paham bonsai,  emas tapi dilihat tembaga begitulah kira-kiranya.  Konyol memang pikiran ini, tapi masa bodohlah, toh belum tentu  kesimpulan diatas salah, bisa jadi ada  juga  benarnya.

Seperti lagu yang kepanjangan Intro,  sudah selayar penuh huruf-huruf  di laman situs ini belum nampak inti ceritanya, baiklah kita  mulai  sekarang............

Ini adalah awal kebangkitan dari kematian rasa terhadap Bonsai seorang Kapitan Andy,  adalah putra dan sebuah pohon Lohansung  yang menjadi pemicu dan pendorongnya,  dari kedua inilah  keluar  marwah dihati untuk mendapatkan  sesuatu yang terbaik  dari yang masih tersisa.

Kepada putraku tersayang  Andre,

Bonsai sudah menjadi bumbu  hidup orangtuamu,  masih  ada di ingatan  dan terbayang  akan kesedihan dihati kamu ketika melihat pajangan indah  yang biasanya sering kamu  lihat dikala pagi atau sore setiap berangkat dan pulang  sekolah satu persatu dibawa orang.  dan masih belum terlupakan  sebuah pertanyaan  yang belum pernah dijawab, " Papi kenapa  bonsainya dijual ?."     Pertanyaan ini tidak diperlukan jawabannya,  bila  kamu sudah lebih dewasa,  tentu akan paham dan mengerti  dengan sendirinya bagaimana sebuah kehidupan harus dijalanin  dan dihadapi. 

Jangan bersedih anak ku, dari sekian banyak pohon yang tidak diambil orang, ada sebuah pohon Lohansung yang  sangat mirip dengan diri kamu, sekarang masih  jauh dari kelihatan sebagai  pohon bagus, tetapi firasat ayahmu mengatakan lain, pohon ini   memang  sengaja disimpan karena diharapkan  akan menjadi yang terbaik. Batang pohon ini   tidak begitu besar tetapi mempunyai perakaran yang sangat mewah, kokoh dan kuat. Sama dengan dirimu anak ku,  pondasi  kuat dirimu adalah kejujuran,  anugerah pengetahuan dan kepintaran  serta  imanmu yang  kuat.


Pohon ini akan dirawat dan ditempah dengan baik agar menjadi yang terbaik dan cantik, sama dengan harapan orangtua  terhadap kamu agar kelak berguna bagi dirimu sendiri dan keluarga,  mungkin diperlukan waktu bisa lebih lama daripada waktu yang engkau perlukan untuk menyelesaikan kuliahmu, tetapi inilah tekad ayahmu, setiap memegang dan merawat pohon ini perasaan dihati adalah sama seperti merawat kamu juga.

Semoga harapan terhadap putra tersayangku dan pohon ini menjadi kenyataan,  bila kelak kedua harapan ini terkabul, " terimakasih Tuhan, Engkau sungguh baik hati, genaplah sabdaMu,  datanglah padaKu, mintalah dan engkau akan diberi, Tuhan mempunyai sejuta cara misterius untuk membantu umatNya yang percaya dan taat kepadaNya."  Amin........



Berikut adalah sisa-sisa bonsai "Peninggalan Revolusi"  yang banyak menyimpan kenangan dan harapan yang  akan dipertahankan terus  demi menggapai  impian sebagaimana  wujud  headline laman  ini  yaitu  Save the best for last.




Bonsai Lohansung 25Cm ini  termasuk istimewa, terutama dinilai dari jenisnya  untuk bonsai seukuran ini,  besar batangnya memadai, kelengkapan  perantingan sudah cukup  dan sempurna,  kekurangannya saat  ini adalah kematangannya, sempat dibursakan  tetapi entah kenapa tidak begitu diminati orang,  titik lemah yang menjadi perhatian orang hanya sepotong ranting tempelan yang memang sengaja belum disempurnakan atau dipotong untuk menunggu penyatuan tempelannya agar lebih kokoh dan "ngelas" istilah yang sering dipakai pebonsai. Tidak tahu pasti mungkin hanya perasaan egoisme sendiri saja menilai bonsai ini baik dan isitmewa. Karena belum pernah naik meja alias kontes, omongan Kapitan bisa jadi pepesan kosong belaka,  ditunggu saja  kemunculannya di meja kontes apabila telah siap saji.



Bonsai mungil ini  diperoleh 4 tahun yang lalu. awal dibeli hanya pertimbangan jenis bukan bentuk pohonnya, maklum pemula, jenisnya Lada-Lada,  mendengar nama jenis saja sudah terkesiap karena memang belum pernah terdengar  telinga saat itu, tidak perlu banyak pikir sambar terus.  Setelah  beberapa lama di  " permak " dan dirawat, tibalah saatnya untuk diajak bertempur, prestasi bonsai  ini  lumayan dahsyat, sampai diberi julukan juara abadi  kelas Small  di Medan, 4 kali ikut kontes, 4 kali  dinobatkan sebagai yang nomor satu.  Sangat disayangkan sejarahnya berakhir baru-baru ini saat diuji nyali pada ajang kontes perdana Regional di Medan,  rapornya mau tahu.....  terkapar  KO...... keok....  Pakcik...  rupanya selama ini cuma jago di kontes  skala  "RT" an aja,  untuk pertama kali Kapitan pulang tangan kosong dengan pohon ini, tidak jelas apa salahnya.  Tidak perlu kecewa,  cukup diberi ultimatum, kalau kesempatan lain ikut bertempur pulang tanpa piala....... CINCANGGGGGG  saja... , Suhu Kang Asep berguyon, kalau sekali lagi pulang tangan kosong PECAT aja trainernya.... Busyettt... .. jangan Suhu.... kan gua trainernya,  masak  senjata makan tuannya..............


Sudah jodoh, begitulah pohon kemuning ini sejak dari bahan galian sudah seperti akan mengikuti kita selalu, beberapa kali sempat hampir dibeli orang, entah bagaimana hanya masalah sepele transaksi selalu gagal, penampilan  pohon ini sangat natural dan indah sekali,  sebagian pebonsai  Medan  meragukan pendapat ini karena masih terpaku dengan gaya bonsai klasik, maklum saja sosok pohon ini muncul dengan aura batang bersih dengan perantingan yang agak jauh dari pangkal batang,  bagi yang suka gaya atau bentuk Chinese Style mungking akan mengacungkan jempol. Tidak perlu berpolemik,  mulut orang punya, pohon kita punya,  jadi yang terpenting ada kepuasan tersendiri dengan mengoleksi pohon berpenampilan demikian,  dengan keyakinan penuh saya menilai kemuning ini  akan berbicara banyak kelak apabila perantingannya telah matang sempurna. Apa mau dikatakan ketika bolak-balik dikomentari tanpa ada titik temu,  akhirnya  emosi timbul juga, diputuskan  tidak dijual lagi, sebagai pertanda awal bahwa pengamatan  tidak salah dengan nekad  perantingan yang sebenarnya masih diperlukan waktu untuk menambah kematangannya dengan sangat berat dan terpaksa ditebas juga.  Emosi sesaat menghapus penantian tahunan, tetapi tidak masalah bukan kontes tujuan utama,  yang penting  mata seorang Kapitan harus dipercaya,  pohon kemuning ini akan kita buktikan cantik dan indah...........   kalau setuju,  terima kasih atas apresiasi anda terhadap pendapat kita.


Ulmus Veriegata ini diperoleh seangkatan dengan bonsai Lada-Lada,  dibeli karena veriegatanya, pohon ini jarang sekali  diuji muka, maklum  sedikit sulit  mendandaninya,  pernah sekali  ikut bertempur  di lokalan,  nyaris di upper cut.  Karena kontes lokalan  dan non PPBI, Juri bebas berbicara sesama pengunjung,  kebetulan  posisi  kita berhadapan didepan bonsai ini,  tiba-tiba tanpa ditanya, juri berkomentar, sayang sekali pohon ini  sebenarnya  penampilannya  lumayan bagus, kematangan cukup,  cuma sayang kelihatan kurang  sehat, daunnya  hijau pucat,  tidak jelas persis  apakah jurinya mengetahui yang diajak bicara itu yang empunya pohon,  kita beri penjelasan, "itu bukan kurang sehat bapak", warna daunnya memang demikian karena jenisnya veriegata.  Sedikit  geli juga rasanya,  dalam hati berkata,  kacau juga ini,  kalau  yang kasih  nilai aja bisa salah persepsi  bagaimana  pula yang awam ?.  Lumayan juga hasilnya mungkin dengan penjelasan tadi, palu diketok divonis sebagai  nomor 2  saat itu,  walau prestasinya pas-pas an,  karena perasaan bonsai ini tidaklah jelek, begitu  ada kesempatan kontes Regional diuji coba  lagi,  berbekal pengalaman terdahulu, kali ini tampil botak tanpa daun,  mana tahu hasilnya bisa  lebih  bagus.   Alangkah apes dan malangnya nasib pohon ini,  kalau dulu di upper cut  masih bisa menghindar,   sekali ini terhujam  hook kiri kanan , tewas terkapar telentang tak berdaya!! ....Pakcik,  dasar barang kelas lokalan juga rupanya.  Sedikit kecewa memang, ketika berdiskusi dengan juri apa sih dosa ulmus ini,  ini jawabannya, sebenarnya pohon ini bagus, kematangan cukup cuma  kurang lebat,  entah apa arti kurang lebat itu tidak perlu ditanya lagi..... yang jelas maju kena mundur kena,  tamat sudah riwayatnya.  Bagi saya walau tidak punya prestasi , bonsai ulmus veriegata ini adalah salah satu koleksi kesayangan, biarlah jadi penghias pilar dihalaman  rumah saja.


Bonsai Delima batu  ini adalah refleksi dari semua hasrat bonsai seorang Kapitan Andy, sangking terpengaruhnya perasaan sayang terhadap pohon ini, akhirnya dipakai sebagai logo perusahaan sendiri,  banyak yang menilai tidak begitu istimewa,  hanya sosok batang lumayan gede dengan perakaran yang mewah,  aura kokoh dan wibawa sangat kentara dengan gaya formal berdiri tegak, keluwesan batang sedikit tertolong dengan kerokan dibagian atas sehingga memberi kesan mengecil yang bagus,  resiko kenekatan ini tentu lubang kerokan yang lumayan besar dan sangat mempengaruhi penampilan,  selama 3 tahun hangus berlalu hanya untuk mendapatkan ranting yang sesuai guna mengisi kelengkapan dimensi pohon.

Walau perantingan sudah hampir terpenuhi,  kini masalah lain juga bukan tidak ada, bisa jadi karena  terlampau sering tunas ranting dikorbankan pertumbuhan sedikit terhambat. Tidak banyak yang bisa dikupas terhadap pohon ini,  sudah  begitu banyak waktu terbuang hanya menunggu ranting,  tidak tahu  apakah akan menjadi yang terbaik atau bahkan bisa tinggal kenangan jadi rongsokan. Mari kita tunggu bersama.



Sebenarnya masih ada beberapa  "Masterpiece" ala Kapitan Andy yang bisa memanjangkan cerita  ini, namun apa daya,  Lenong Betawi sudah berkumandang Jali-jali dari Cikini,  mari kita tutup cerita cukup sampai disini.