Jumat, 20 November 2009

4 Brotherhood















Engkau berdua jauh berpindah tempat tanpa diperhatikan orang
Terbesit berita sosok engkau tidak akan mempunyai masa depan
Bagi saya engkau berdua adalah sepasang mutiara terpendam
Lama mencari, engkau di bawa pulang , memang sudah jodoh kata orang





Engkau berdua terpajang kaku, bagai intan di lumpur tanpa diketahui orang
Menurut orang engkau hanyalah sebuah kayu berbadan besar
Bagi saya, engkau berdua adalah harta dan anugerah besar
Sejuta jalan mendapatkan engkau, semua berakhir dengan sindiran orang


Keyakinan telah memberikan keberanian mengambil dan membesarkan kamu,
Engkau dibesarkan dengan penuh kasih sayang, terimalah itu sebagai berkah
Kini engkau bersaudara telah menjadi berita, tertulis sudah sebuah sejarah
Kenanglah selalu setiap jengkal jerih payah pengorbanan orang tua demi kamu,


Wahai anak ku empat bersaudara, tidak tahu apa yang akan terjadi ke esokan harinya
Tidak jelas berapa lama lagi engkau bisa dipertahankan, waktuku sudah semakin singkat
Betapapun susah terbelit masalah engkau bersaudara adalah penghibur dan pelipur lara
Karena engkau dulu harga diri kita terinjak, karena engkau kini martabat kita terangkat



Engkau bersaudara, membuat orang yang tidak melihat menjadi lihat
Engkau bersaudara, membuat orang yang tidak mendengar menjadi dengar
Berkat engkau bersaudara, orang yang mulutnya terbuka, tertutup tidak bersuara
Berkat engkau bersaudara, orangtua mu kini bisa berlapang dada dan bangga



Kapitan Andy, 18 Nopember 2009

Senin, 16 November 2009

Pulang dengan Kepala Tegak

Perhelatan akbar kontes bonsai di Malang usai sudah, bagaimana dengan kiprah Pendekar Cihideung kita ?. Seperti telah diceritakan sebelumnya, bahwa untuk ajang tempur sekali ini, pendekar menuju medan perang dengan membawa 10 pasukannya, berdasarkan absensi ternyata disaat-saat akhir muncul seorang pasukan relawan tambahan, Alhasil Pendekar menuju arena pertempuran dengan 11 pasukan.



Pasukan tiba di arena, pertama terlihat adalah barisan rapi pilar-pilar dan meja yang telah dipersiapkan panitia, terkesiap Pendekar Cihideung melihat jejeran Bonsai dengan penampilan yang mengagumkan tersusun rapi di meja dan diatas pilar, dari panitia kontes diketahui, jumlah pohon kontes berjumlah lebih dari 600 pohon, semua dengan satu tujuan, mengadu muka untuk mendapatkan predikat di berbagai kelas perlombaan.



Pendekar memberikan laporan, pohon peserta kontes sekali ini gajah-gajah semua Pak, ujarnya, suatu kiasan untuk mendramatisir pohon yang cantik atau berkwalitas sangat baik, sebagai salah satu bagian dari kontingen yang dibawa sang pendekar, kita tentu sangat memaklumi tekanan dan beban moril ini. Santai saja Pak Asep, bukankah kita sudah logowo sebelumnya, kalau tidak berhasil, kita coba lagi di kesempatan lain.



Dua hari penjurian berlangsung, walau dengan beban makin terasa, dari jarak pandang agak berjauhan karena lokasi kontes masih harus steril dari pengunjung, akhirnya muncul juga berita yang ditunggu, secara bergilir pendekar menelpon ke Bandung, Medan dan Lampung, beritanya tegas bahkan terkesan sangat singkat, duri merah, gulo merah…… dan seterusnya.



Tidak ada kata lain yang tepat selain salut dan selamat buat sang pendekar, sungguh fantastik dan fenomenal, dari 3 kelas yang di ikuti dalam kontes bonsai sekali ini, di kelas bergengsi yaitu Utama dan Bintang, meraih hasil sempurna 100%, dari 6 pohon di kelas Utama semua memperoleh Bendera Merah atau mendapatkan Predikat Baik Sekali, di kelas Bintang yang pada mulanya hanya uji coba dengan 1 pohon , juga meraih bendera merah, hasil kurang sempurna justru di kelas Madya, dari 4 pohon, hanya 2 meraih bendera merah dan 2 lagi hanya mendapat predikat baik atau bendera hijau.



Tuhan Maha Pengasih ujar Pak Asep, dari awal kita menargetkan 8 bendera merah, ternyata dapat 9, kita sedikit lebih beruntung dibandingkan yang lain, sambung Pak Asep, kurcaci –kurcaci kita akhirnya beri mujizat, hampir semua pohon kita dari tong sampah, alias murah meriah, ternyata hasilnya sungguh dahsyat luar biasa.



Betul kang Asep , masih ingatkah pesan moril singkat sebelum berangkat ke medan tempur, keyakinan dan keberanian Bapak kini telah menjadi berita, dan pasti akan dikenang orang sebagai suatu sejarah.


LANJUTKAN... ( kampanye ....nich ye............)





Atas 9 Bendera Merah yang engkau persembahkan untuk kita semua, wahai temanku Kang Asep, kita buat khusus 9 bait puisi suka duka anda, terimalah ini sebagai penghargaan dan ucapan terimakasih dari kita.



Sekian lamanya anda bagai tersangka bahkan terdakwa
Terbuang dari tempat dimana seharusnya anda berada
Sebagai Orang kecil memang sulit punya hak membela
Pengadilan alam telah membuka tabir menguak fakta
Dari tangan-tangan anda telah muncul beragam karya
Pantas bersyukur karena orang kini telah terbuka mata
Jangan dendam, berkat dihujat dahulu, anda kini mulia
Selayak dan sepantasnya sebutan Pendekar untuk anda
Kini saatnya untuk orang mengenal sosok Asep Suwarna



Sabtu, 07 November 2009

Pendekar dari Cihideung

Inilah kisah pendekar Cihideung dengan 10 kurcaci yang menjadi pasukannya, menuju medan tempur kang ?, Iya, sudah begitulah kerjaan saya selalu, jawab sang pendekar sambil tangannya terus menerus membersihkan pohon-pohon bonsai yang disusun berderet seperti barisan tentara.


Sang pendekar adalah Asep Suwarna, biasa disapa kang Asep, medan pertempuran di kamus nya adalah ajang kontes bonsai, sekali ini menurut pengakuannya diperlukan perhatian extra karena berlaga dia ajang akbar di Malang yang bertepatan dengan diselenggarakannya Mukernas (Musyawarah Kerja Nasional) PPBI.


Ini kan bukan pengalaman yang pertama, kenapa mesti dengan penanganan yang extra kang ?,


Ternyata bukan kontes ataupun kondisi pohon yang membuat pusing sang pendekar, sekali ini misi kita agak berbeda katanya, kita menuju medan tempur dengan membawa 3 bendera, apa itu kang ?, tiga bendera yang dimaksud rupanya mewakli kontestan dari 3 daerah berbeda, Bandung, Lampung dan Medan.


Tiga bendera itu kalau berada disuatu titik di Bandung tidak masalah, tapi secara geografis 2 kontestan lain lumayan jauh jaraknya, belum lagi kalau masing-masing kontesten mematok persyaratan tertentu seperti keamanan atau peluang bonsainya di kontes.


Kenapa mesti tertekan begitu kang, kalah menang itu sesuatu yang biasa, semua sudah tahu bahwa pasukan yang dibawa tempur adalah pendatang baru yang akan diuji menjadi calon artis. Kalau semua bisa legowo begitu alangkah bagus, tapi kita sering disalahkan pak, ujarnya sambil berkata lagi, yang nilai kan bukan kang Asep tapi orang lain, menurut pilihan Kang Asep ini yang terbaik, tapi kalau hasilnya diluar yang diharapkan mau bilang apa ya Pak, katanya bernada tanya. Tak perlu sungkan kang Asep, cukup katakan saja pada mereka : Kita Coba lagi di kesempatan lain.


Walau begitu, sang pendekar melontar target juga, dari 10 kurcaci ini, 3 di adu ke Kelas Madya dan 6 di Kelas Utama, dan 1 kalau dimungkin di Kelas Bintang, dari Kelas Madya diharap 2 bendera Merah, di Kelas Utama Insyaallah 6 Merah, kalau di Kelas Bintang pak Asep belum begitu ngerti, ini percobaan pertama katanya.


Target itu bukan tidak mungkin bisa dicapai, semangat dan pengalaman menangani bonsai-bonsai kontes selama ini setidak-tidaknya bisa membesarkan hati.

Bravo..Bravo.....Selamat Berjuang Pakcik Asep......

Dibawah ini adalah beberapa Kurcaci pasukan pilihan Pendekar Cihideung , untuk kontes di Malang tanggal 12 Nopember 2009.





Ulasan ini dibuat dengan persetujuan sang Pendekar, sedikit berat hati dan terbesit juga penolakan pada awalnya.

Jangan pak jangan, malu nanti, kalau sudah kontes baru di beritain kata Kang Asep.


Temanku Kang Asep, ini bukan falsafah dari negeri cina , ini datang dari hati kita,
Sesuatu yang belum tetapi diyakini terjadi, itu keberanian
Sesuatu yang sedang terjadi itu berita
Sesuatu yang sudah terjadi itu sejarah

Preview atau pra tayang ulasan ini, justru untuk membuktikan keberanian Kang Asep akan menjadi berita, dan ditulis kelak sebagai Sejarah. ( Kalau beruntung loh… kang !!!!)

Di kehidupan sehari-hari , yang sudah terjadi biasanya dipakai sebagai hikmah, tapi kalau ingin dihormati, semua yang terjadi mestilah dalam bentuk sejarah. Tidak semua sejarah identik kesuksesan, manusia masih jahat dan munafik, hanya yang baik-baik saja yang ditulis sebagai Sejarah.

Jumat, 06 November 2009

Seharusnya Tidak Bicara

Cina dan Jepang boleh saja disebut sebagai penemu atau negara kakek bonsai, tapi mungkin yang jarang diketahui dunia luar, Indonesia adalah negara paling inovatip dalam hal mengembangkan bonsai.

Pernah seorang teman bonsai dari Eropah datang kerumah, dengan wajah sedikit kaget bartanya, is this real bonsai tree ?, terkesiap dan terkejut mungkin yang bersangkutan melihat bonsai ukuran medium seperti pohon metal karena hampir sekujur cabang dan ranting total terbalut kawat.
Hampir malu kita, yang bersangkutan ternyata bukan kagum pada bonsai kita melainkan merasa sedih dan heran melihat bonsai tersebut dibentuk dengan cara demikian.



Jangan kaget Mister, sebenarnya itu sudah biasa disini, orang kita jarang-jarang mau menyerah kepada alam begitu saja, If you need a few year to make it, we only get it in few month, di Indonesia sudah biasa yang kanan bisa dibikin ke kiri , yang di kiri dibikin kanan, bahkan yang benarpun bisa dibikin salah atau disengajakan salah.

Di Luar negeri, bonsai konon katanya dibentuk dengan lebih manusiawi, Pembentukan bonsai ala barbar terkesan ganas dan instan seperti di Indonesia jarang dilakukan. Ini bisa benar, tapi bisa juga kerena cara-cara kita disini belum membudaya bagi mereka.

Kalau sudah begitu, apakah kesan bonsai Indonesia kurang dihormati atau tidak bisa bersaing dengan Luar negeri disebabkan cara pembentukannya yang kurang manusiawi ini, atau mungkin terhasut oleh kampanye anti keganasan oleh Green Peace atau mungkin sudah ada Lembaga Hak Azasi atau Perlindungan Tumbuhan.

Kita akan bertanya, bukankah kawat aluminium itu diciptakan untuk tujuan ini, apakah di luar negeri orang membentuk bonsai tidak dengan kawat tersebut tetapi diganti dengan tali plastik atau karet, penggunaan dan cara pengawatan itu justru kita peroleh atau dipelajari dari luar negeri juga, bukan hak paten orang Indonesia seperti batik atau tari pendet.



Bonsai itu sesuatu yang tumbuh terus, pengawatan demikian akan menghambat pertumbuhannya, gunakanlah seperlunya saja, itu pesan dari kenalan Eropah kami tersebut.

Benar Mister, masih ada misteri yang perlu juga diketahui dunia luar, tujuan pengawatan demikian memang mulanya karena ingin bonsai terbentuk dengan instan, bagi kita yang terbatas segala sesuatunya, waktu dan kesabaran adalah harga yang mahal untuk ditunggu dan diuji.


Bonsai di Indonesia bukan semata-mata seni yang dipertontonkan, sisi komersial dan ekonomis lah yang paling sering diharapkan.


Let me tell you the truth Mister, yang tadi you lihat memang bukan seharusnya dibentuk demikian, tapi demi kamufalse meng “gede”in cabangnya kita harus demikian, tidakkah anda lihat begitu cantik dan matangnya pohon tersebut sekarang, kalau diamati lebih seksama pohon itu masih setengah matang.



Jadi tak perlu heran kalau di bursa atau pameran disini anda akan menyaksikan bonsai-bonsai bak pohon metal dengan cabang atau ranting sebesar batang rokok tapi dibalut penuh dengan kawat sebesar cerutu.
Itu kiat bisnis Mister......

Oh ...... my God, I really really understand now Andy, thanks’s a lot for your time and hospitallity, Hope someday will meet you again, sambil pamit dan bersalaman akhirnya dia pulang , maka habislah cerita ini.

Kamis, 05 November 2009

Kontes Bonsai

Mengikuti suatu kontes tentu mempunyai arti tersendiri bagi kontestan, sebagai awam yang dipikirkan adalah kalah atau menang, juara atau tidak dan paling tidak penghargaan apa yang bisa diperoleh. Bagi para senior di pentas kontes bonsai di Indonesia, kriteria mengikuti kontes sudah sangat dipahami, namun bagi kita yang baru menggeluti dunia kontes bonsai masih diperlukan informasi dan pemahaman yang lebih banyak.

Jadi, apa artinya sebuah kontes bonsai?. Sebagai pemahaman awal, kontes bonsai yang berlaku sekarang adalah ajang untuk mendapatkan Predikat bagi pohon yang diikutkan. Predikat pohon tersebut diperoleh berdasarkan nilai yang terkumpul dari 4 unsur atau kriteria penilaian dibawah ini :
1. Penampilan
2. Gerak Dasar
3. Keserasian
4. Kematangan

Dari akumulasi nilai ke empat unsur diatas. diperoleh suatu jumlah yang akan menjadi batas dari pemberian predikat. Jumlah Nilai yang diperlukan untuk menentukan suatu predikat pohon adalah sebagai berikut :

Jumlah Nilai Diatas 321 mendapat Predikat Baik Sekali
Jumlah Nilai 281 – 320 mendapat Predikat Baik
Jumlah Nilai 241 – 280 mendapat Predikat Cukup
Jumlah Nilai Dibawah 241 tidak ada Predikat.

Resume penilaian diatas dapat di lihat pada Buku Penilaian Bonsai yang biasanya diberikan panitia kontes berikut Sertipikat Penghargaan bagi pohon yang meraih predikat.

Kontes Bonsai Indonesia juga mengenal beberapa jenjang atau kelas yang diperlombaan, dimulai dengan kelas Madya, Kelas Utama , sekarang diperlombakan juga kelas yang lebih tinggi atau bergengsi yang dikenal dengan Kelas Bintang.

Pohon yang memperoleh predikat biasanya diberikan tanda dengan penambatan bendera, bendera warna merah berarti pohon tersebut memperoleh predikat baik sekali, bendera warna hijau untuk pohon dengan predikat baik, dan bendera kuning untuk predikat cukup.


Perlu diingat juga bahwa dapat saja terjadi, Juara pertama dari suatu kontes bonsai adalah pohon yang berpredikat Baik saja atau mungkin dibawah itu, hal ini dapat dimaklumi karena berdasarkan penilaian juri hanya diperoleh pohon dengan jumlah nilai pada kisaran batas predikat baik atau cukup saja.
Memang kejadian begini belum pernah terjadi, tetapi dengan perumusan penilaian dan peroleh predikat sebagaimana diatur diatas, hal ini dapat dan atau kemungkinan saja bisa terjadi.


Di suatu kontes bonsai sering kita mendapati seorang kontestan sudah merasa sangat puas apabila pohonnya memperoleh bendera merah atau meraih predikat baik sekali, kepuasan ini jelas akan bertambah apabila pohon yang bersangkutan juga memperoleh nilai tertinggi sehingga dinobatkan sebagai Juara.

Singkatnya adalah, kepuasan dan kebanggaan sekaligus akan diperoleh apabila dapat dinobatkan sebagai terbaik dari yang baik sekali, bukan terbaik dari yang baik atau terbaik dari yang cukup.

Rabu, 04 November 2009

Anggrek dan Kantong Monyet

Sebagai pencinta tanaman sudah merupakan kebiasan kalau kita mengoleksi lebih dari sejenis tanaman. Dalam perjalanan tugas beberapa waktu yang lalu di Kalimantan, terlihat di jalan lintas propinsi berjejer beberapa lapak, sebutan untuk bangunan sederhana dengan tiang bambu atau kayu beratap rumbia atau plastik, di atas meja sederhana didalamnya dan sebagian tergantung di tiang, terhampar beberapa tanaman unik, dari teman seperjalanan dikatakan bahwa itu tanaman dari hutan sekitar, biasanya terdiri dari jenis anggrek dan kantong monyet. (Gambar bunga anggrek Lalat)



Merasa sesuatu yang baru dan menarik, akhirnya kami mampir juga, memang benar begitu mempesona dan uniknya tanaman-tanaman tersebut, tawar menawar terjadi dan berujung dengan pembelian beberapa tanaman unik tersebut. (Gambar kantong semar Drakula)




Pada awal pembelian pertama, karena tanpa persiapan dan tidak menjadi agenda khusus untuk membeli tanaman , sebagian besar anggrek dan kantong monyet mengalami stress dan kekeringan, alhasil hampir semuanya mati ketika tiba di Medan. Dari beberapa teman penggemar anggrek di Medan diperoleh keterangan bahwa memang jenis yang dibawa tersebut adalah sangat langka bahkan di akuinya baru pertama kali melihatnya, alangkah sayang katanya. (Gambar bunga anggrek Belanghari)





Mendapat masukan demikian, akhirnya dalam perjalanan tugas selanjutnya memburu anggrek dan kantong monyet menjadi agenda tambahan, tidak terbatas pada membeli pencarian ke lokasi hutan juga dilakoni. (Gambar sebelah kiri, anggrek ekor tikus , kanan mencari kantong semar di pedalaman hutan Kalimantan)



Menanam anggrek dan kontong monyet ternyata lebih mudah dari yang diperkirakan sebelumnya, dengan penyiraman yang cukup serta peletakan tanaman di tempat yang teduh, tanaman telah dapat tumbuh dengan baik, namun untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal memang pemberian sedikit pupuk juga perlu dan yang paling utama perlu diperhatikan adalah apabila tanaman masih baru ( fresh from jungle) penyemprotan fungisida dan pestisida sangat diperlukan.

Sekilas Info

Sekarang koleksi anggrek dan kantong monyet ini tumbuh dengan subur bahkan berbunga dan berkantong terus. Jangan mendengar yang bukan-bukan, sering sekali kita dihantui oleh kegagalan orang lain yang mempengaruhi keinginan kita, apabila ada keinginan dan semangat serta mencoba terus, hasilnya pasti ada.


Nama anggrek dan kantong semar diatas adalah sebutan lokal setempat, karena tidak berkecimpung dibidang ini, penamaan sesuai sebutan populer atau nama botanicalnya tidak dapat dicantum.


Gambar kiri, anggrek ekor tikus, berbunga warna pink dan disebelah kanan anggrek belanghari keduanya berbunga dengan baik dihabitat barunya di Medan.





Gambar kiri, anggrek hitam khas Kalimantan dan disebelah kanan adalah salah satu jenis kantong semar favorit, bertaring dua, di asalnya dipanggil Drakula, lucu sekali baik penamaannya maupun bentuk asli kantongnya.


Selasa, 03 November 2009

Belajar Blackpine

Berbekal beberapa bahan yang ada akhirnya keberanian untuk membentuk bonsai Blackpine dipaksakan juga,, pada awalnya kepuasan sudah didapat hanya dengan memandang pertumbuhan pohon tersebut, namun sejalan dengan waktu keinginan untuk membentuk bonsai blackpine berpenampilan menarik akhirnya terwujud juga.

Beberapa pendahulu kolektor jenis ini, mengatakan bahwa balckpine adalah jenis unik yang cukup sulit untuk dipelihara, dan sebagian menyarankan agar tidak mencoba karena sebagai senior dibidang bonsai jenis ini berbagai cara telah ditempuh tetapi hasilnya kurang maksimal bahkan diantaranya konon pernah belajar sampai ke negeri asalnya di Jepang.

Begitu ringkaskah cerita ini ?, bukan, bukan itu yang harus diketahui, dibalik itu masih ada segudang cerita lain suka dukanya, banyak yang berteori, tanaman subtropis tidak akan bisa tumbuh baik diiklim tropis, secara logika benar, tetapi dalam ilmu alam sepertinya kurang tepat, bukankah orang Jepang atau Eropa bisa hidup sehat Indonesia, bule makan nasi padang begitulah kira-kira, secara ilmiah, pohon biasa berhenti pertumbuhannya di musim dingin, dan memulai kehidupannya di musim panas dan semi karena disaat itulah tersedia cukup panas matahari, di Indonesia hampir sepanjang tahun tersedia sinar matahari, sudah seharusnya pertumbuhan tanaman di Negara kita ini harusnya lebih dahsyat dan lebih cepat, tidak terkecuali blackpine pun harusnya demikian.

Masukan dan kegagalan orang lain seyogianya diterima sebagai hikmah, Karena tekad sudah bulat demi kepuasan batin, kita harus mencoba, untuk itu beberapa pohon yang memenuhi sedikit kriteria bonsai diseleksi, dan dimulailah pembentukannya.

Tidak dipungkiri bahwa dalam mencoba itu ditemui banyak kendala, dan sebagaian ada yang gagal juga, namun dari semua ini, kalau ada yang mengatakan Blacpine tidak bisa tumbuh dengan baik di Indonesia jelas jelas salah, memang selama ini belum terlihat bonsai blackpine hasil ciptan asli Indonesia yang berkwalitas baik ditemukan di pasaran umum, itu harus dimaklumi bukan karena tidak bisa tumbuh dengan baik, melainkan kesulitan mendapatkan bahan yang berkwalitas baik.

Beberapa nasehat yang dapat disampaikan berkaitan dengan hasil pengalaman dalam mencoba tanaman jenis ini adalah :
  1. Jangan melakukan pemangkasan tunas-tunas secara total dalam waktu yang sama , artinya sewaktu membentuk dimensi bonsai biasanya kita harus memotong ujung-ujung ranting agar bentuk segitiganya tampak, di blacpine disarankan hanya memotong beberapa saja dan cukup disatu sisi atau disatu cabang dahulu, setelah itu baru dilanjutkan lagi beberapa hari atau seminggu kemudian, ini perlu diperhatikan karena setiap tunas yang dipotong biasanya disertai dengan keluarnya getah yang banyak, semakin banyak tunas yang dipotong tentu akan berakibat semakin banyaknya cairan getah yang keluar, seperti pendarahan pada manusia, semakin banyak luka yang mengeluarkan darah tentu mengakibatkan kehabisan darah dan sebagai hasil akhir adalah fatal yakni MATI.
  2. Dalam teori blackpine diketahui, untuk mendapatkan anak ranting yang baik dan sehat merata, dikenal istilah buang atau potong yang kuat (strong), dan biarkan yang lemah (Weak) agar bisa tumbuh seimbang, benar memang, tapi disarankan agar seleksi dahulu anak ranting yang diperlukan, baik lemah atau kuat, kemudian yang tidak diperlukan dipotong atau dibuang, untuk membantu ranting yang lemah, bisa dengan mengurangi daun-daun di ranting yang kuat, dengan cara ini lebih aman, sejalan dengan waktu biasanya ranting yang lemah akan tumbuh kuat kembali.
  3. Prunning hanya untuk megurangi intensitas daun agar perantingan baru dapat muncul, serta membantu jatah makanan bagi ranting yang lemah, tidak adalah istilah prunning untuk peremajaan daun di blackpine.
  4. Pemotongan akar boleh dilakukan apabila kondisi pohon kelihatan sehat, dan kondisi akar memang sudah cukup panjang.
  5. Media tanam yang dipakai campuran 5 : 2, pasir malang dan tanah steril atau humus.
  6. Pemupukan cukup yang slow release seperti dekastar atau vitamin B1 saja diberikan rutin 2 atau 3 minggu sekali.

Semua pengalaman diatas, boleh dianggap cerita dongeng atau keberhasilan yang kebetulan saja, untuk itu mohon disimak pesan singkat dibawah ini :

Apabila anda merasa cerita diatas bermanfaat , sebarkanlah dan beritakan ini kepada teman-teman , selamat mencobanya.

Apabila anda merasa semua ini hanya pepesan kosong alias membual saja, mohon pakailah nasehat ini : Please Remind Silent Forever.

Sekilas Info

Beberapa percobaan dengan kiat-kiat diatas, membuahkan hasil seperti dokumentasi gambar dibawah ini, memang sangat jauh sekali kwalitasnya dibandingkan dengan Blackpine sebagaimana yang terlihat di buku-buku Bonsai luarnegeri , tapi sudah seharusnya bersyukur, setidak-tidaknya sudah mencoba, dan hasilnya Not too Bad juga , apalagi untuk seorang yang baru belajar Blackpine.


Pengawatan pada jenis tanaman ini hampir tidak berbeda dengan jenis cemara yang lain dan tidak sulit, ranting cukup lentur dipelintir, kesulitan hanya pada daun yang ada, memang tidak biasa sebagaimana kita mengawati pohon yang telah diprunning.



Blackpine medium 50 Cm ini sangat beruntung, Pernah di prunning tanpa pola hampir 75%, anehnya setelah beberapa bulan perdaunannya lebat kembali. Kesalahan prunning seperti terhadulu kembali terjadi kedua kalinya walaupun dengan intensitas yang tidak begitu banyak seperti yang pertama, memang diakui karena belum begitu paham dan mengerti akan karakteristik jenis ini. Hingga sekarang pohon ini masih tumbuh subur walaupun perantingan dibeberapa tempat kondisinya agak lemah, mungkin ini akibat efek samping dari kesalahan prunning.

Senin, 02 November 2009

Salah Siapa

Sering kita mendapatkan bahan bonsai dari para pelacak (istilah para pencari bahan bonsai untuk dijual) dalam keadaan tidak utuh, keutuhan yang dimaksud adalah cabang-cabang telah dipotong keseluruhannya sehingga yang tertinggal hanya batang dan akar.

Dimaklumi memang karena umumnya bahan yang berukuran besar biasa hanya bisa diperoleh dari daerah jauh dan terpencil, pertimbangan kemudahan membawa dan agar biaya transportasi efisien memaksa kondisi bahan menjadi tidak utuh tersebut jelas menjadi pilihan, tapi apa selanjutnya, bagi para pebonsai ini tentu sangat merugikan sekali, kondisi bahan demikian seperti memulai suatu tanaman baru , dapat dibayang dengan batang yang relatip besar diperlukan waktu yang lama untuk menumbuhkan cabang-cabangnya, walau mengharapkan terus, belum tentu kita bisa mendapatkan pertumbuhan cabang sesuai yang diinginkan karena pertumbuhan titik cabang tidak bisa sepenuhnya diprediksi atau dipastikan tumbuh.
Kondisi diatas seakan sesuatu yang tidak bisa dirubah. Memang biasanya pembeli memberikan syarat-syarat minimal kepada pelacak , namun sering terjadi pembeli menjadi lupa juga akan hal diatas karena terkesima harga dan bahan yang ditawarkan walau hanya tinggal batang dan akar.
Siapa yang salah, seharusnya kedua pihak berkontribusi juga terhadap kejadian demikian, penjual atau pelacak berniat menjual dengan harga tinggi tapi biaya pokok yang murah, sebaliknya pembeli mengharapkan membeli dengan murah bahan yang berkwalitas baik. Apa tidak ada jalan tengah lagi sehingga kesalahan dan kebodohan ini bisa dihentikan., jawabannya sebenarnya bisa, pembeli harus bersifat arif yaitu menetapkan syara-syarat minimal yang tidak bisa ditawar lagi yaitu kondisi bahan yang bisa diterima hanya dalam kondisi utuh, di sisi lain penjual atau pelacak juga harus menyanggupinya dengan menetapkan harga jual yang disesuaikan dengan kesulitan pengadaannya. Ada harga ada barang itulah yang sering kita dengar, memang tepat ungkapan ini, pebonsai juga harus realistis hasil akhir adalah ditangan dan dinikmati mereka.

Pebonsai negeri jiran Malaysia yang koleksi angtingputrinya disebut sebagai terbaik didunia memberikan informasi bahwa bahan antingputrinya dulu di impor dari Indonesia dalam keadaan utuh, hanya dengan beberapa pomotongan seperlunya dan pemeliharan anak dan cucu ranting saja serta hampir minim wiring/pengawatan kini telah menjelma menjadi bonsai dengan kwlitas luarbiasa, ironis memang , tapi tidak ada kata terlambat, berkarya teruslah teman-teman pebonsai, memang membentuk bonsai identik kesabaran dan waktu, tetapi disaat bisa mendapatkankannya dalam waktu tidak terlalu lama kenapa tidak disadari dan dicoba, Kalau orang lain bisa kenapa kita tidak ?.




Sikilas Info

Antingputri extralarge 125cm ini mulai di training sejak 2002 dengan kondisi tidak utuh, tidak ada dokumentasi kondisi pohon sewaktu digali, namun dari besaran batang dapat dibayangkan betapa besarnya percabangan dan perantingan pohon ini dihabitat aslinya.

Tahun 2008, pohon ini coba direka ulang dengan mempergunakan percabangan dan perantingan yang tumbuh selama ini, pada bentukan ini pohon mulai berpenampilan sedikit baik, namun kesan sebagai bakal bonsai berkwalitas belum tampak sama sekali, yang ada hanya kekaguman pada besarnya pohon saja, perakaran yang besar sebelah serta perantingan bentukan gaya lama yang menoton memberi kesan bonsai yang biasa-biasa saja.


Setting final dibawah ini bisa jadi membuat Antingputri ini bermasa depan, penaataan perakaran yang merata dengan posisi tanam tegak atau reka ulang menjadi formal membuat kesan gagah dan aura pohon ini muncul seketika, kelemahan di leher mahkota dan percabangan serta perantingan merupakan hal yang perlu diperbaiki selanjutnya, masih diperlukan beberapa tahun lagi barangkali, apabila kematangan bisa diperoleh , pohon itu diprediksi akan dapat berbicara banyak kelak.





Hampir sama dengan abangnya yang diatas, sang adik ini juga dibentuk dengan kondisi tidak utuh, Antingputri ukuran large 92cm ini mulai ditraining sejak 2004, sedikit beruntung sang adik, pertumbuhan perantingan merata dan lengkap, hal ini mungkin ditunjang oleh kondisi perakaran yang kompak disegala sudut.

Dengan bekal perantingan lengkap, pohon ini ditata ulang, dengan memperhatikan alur dasar dan posisi perakarannya, diambil kesimpulan tampak depan dirubah dengan menggunakan tampak belakang setting semula sebagai tampak depan, kesan sebagai bonsai berpredikat baik segera muncul.
Setting final pohon ini, akhirnya didapat dengan mengurangi titik lemah dari perakaran yang berlebihan atau kelihatan kaku, pengurangan perakaran yang menonjol dan yang mengait disisi kiri membuat pohon ini terkesan sempurna, sama dengan sang abangdiatas, kematangan menjadi syarat mutlak untuk memberikan predikat baik sekali bagi pohon ini, kalau sang abang diprediksi bisa berbicara kelak bukan tidak mungkin sang adik bisa menjadi ancaman, hanya waktu dan fakta yang akan menjawab ini semua.

Minggu, 01 November 2009

Kawista Kerikil

Sepertinya tidak ada nilai yang baik dari bakalan bonsai ini selain batang yang tidak terlalu besar juga dengan perakaran yang tidak istimewa bahkan terkesan jelek karena mempunyai benjolan keatas serta tidak menyebar alias kosong sebelah, ada sesuatu yang menarik perhatian yaitu disekujur tekstur batang muncul bintilan seperti jerawat batu, dari bentuk daun dengan cepat dapat dikenali sebagai kawista, tapi yang ini rada unik, sewaktu bertanya disebutkan bahwa ini adalah kawista kerikil, karena termasuk jarang pernah dilihat akhirnya bakalan ini dibeli juga.


Kesulitan membuat pola dasar pohon ini sangat dirasakan pada awalnya, hal ini karena baru pertama mengenal jenis ini juga ada kesan agak takut dan hati-hati pada saat pengawatan, setiap lilitan kawat yang lumayan ketat secara langsung merontokkan kutil-kutil disekujur cabang dan ranting. Pola dasar yang diharapkan tidak terbentuk sama sekali, dan pohon sepertinya kurang sehat, disetiap penyiraman kutil tersisa hampir lepas selalu, hampir putus asa, akhirnya kawat dilepas dan tanaman ditelantaran begitu saja.


Setahun tidak pernah disentuh bahkan sudah hampir dilupain, akhirnya pada saat bersih-bersih halaman, terlihat warna hijau yang begitu menarik dari pohon ini, setelah diamati ternyata pertumbuhannya cukup baik, beberapa ranting sudah membesar dan bila dibandingkan dengan besarnya batang, nuansa seimbang atau matang sangat menonjol, tanpa memikir pengalaman terdahulu pohon di pruning total, dan pengawatan untuk mencari pola dan dimensi pohon sebagaimana layaknya bonsai di setting, Alangkah kagetnya ternyata pohon ini menjadi sangat jinak, pengawatan dengan keras terhadap pohon tidak begitu terpengaruh terhadap kutil di cabang dan ranting, pemelintiran ranting juga sangat mudah seakan-akan batang terkesan empuk seperti gabus.

Tidak tahu secara ilmiah apa yang terjadi terhadap pohon ini, kesimpulannya mungkin kesehatan pohon ini sudah pulih sehingga kerikil-kerikil di cabang ranting cukup kokoh menempel dan kesan empuk pada saat pngawatan dan pemelintiran ranting bisa jadi dipicu oleh kondisi pembesaran cabang ranting yang masih segar.

Setelah mendapatkan pola dan dimensi kawista ini, kini sedang dicoba pembentukan perakaran untuk mengisi kekosongan yang ada, tidak jelas efektif atau tidak, dengan penimbunan media tanam sampai jauh diatas batang diharapkan menghasilkan akar serabut yang menyebar merata disekeliling batang, dan untuk perakaran semula yang telah ada karena tidak seimbang direncanakan akan dipotong.
Pembentukan pohon dengan cara ini tidak disaran demikian, tapi dikala tidak ada jalan lain kenapa tidak berani mencobanya.

Kang Asep Seniman Gulo

Kurus, hitam dan agak pemalu, itulah sosok Asep Suwarna yang sering disapa kang Asep, kesan pertama ini muncul ketika saya mengunjungi rumah dan sanggarnya di Cihideung, Lembang Bandung. Silahturahmi ini didasari pada keingintahuan saya akan sejarah sebuah bonsai jenis Gulo Kemantung hasil karyanya yang menjadi maskot dan penghias sampul Buku Bonsai Kenangan beberapa waktu yang lalu, Ketertarikan saya pada pohon ini karena berpenampilan sangat indah, berwibawa dengan kesan tua mendalam dan disertai perakaran yang sangat sempurna.


Walaupun perkenalan pertama, dengan hati dan tangan terbuka saya diberikan kiat-kiat yang dipergunakannya dalam merawat dan membentuk bonsai jenis ini secara gamblang, belakangan saya mendapat informasi dari beberapa kalangan pebonsai bahwa dari tangan sang seniman ini telah terukir begitu banyak prestasi. Beberapa hasil karya kang Asep sempat menjadi kebanggaan para kolektor bonsai dan diajang kontes juga telah banyak prestasi dan gelar bergengsi pernah diraihnya.


Dengan kursus singkat kang Asep, saya pulang dengan sebuah pohon jenis Gulo Kemantung ukuran sedang sebagai bekal bahan bonsai, sebelum berpamitan sebuah pesan singkat disampaikan kepada saya, hendaknya kita tidak membeli artis, tetapi lebih bangga kalau dapat mencetak artis, ungkapan ini sangat memberi inspirasi, sudah tidak menjadi rahasia umum lagi, hobby ini selalu mengorban waktu dan biaya yang cukup besar , orang sering berkata uang sekolah bonsai itu sangatlah mahal, secara batin saya tidak kecewa atas semua pengorbanan ini karena bonsai membawa ketenangan dan kedamaian jiwa bagi saya walaupun sedang terbelit berbagai masalah.

idak berlebihan kalau saya berkata :
Terimakasih kang Asep, sungguh tepat kata anda, kita tidak perlu malu walau pohon itu dipungut dari tong sampah yang penting hasil akhir yang akan berbicara.

Tidak sia-sia berbagi pengalaman bersama, Inilah Gulo tong sampah yang dibekal buat saya, kini kondisinya sudah berbeda, saya tidak berani mengatakan baik, tapi setidak-tidaknya akhirnya saya memiliki juga Gulo Kemantung made ini saya.

Sekilas Info

Beberapa koleksi bonsai Gulo Kemantung ukuran besar yang sedang di training dibengkel bonsai Kang Asep di Cihideung Lembang Bandung