Minggu, 14 Maret 2010

Bonsai Taman Blackpine

Ada sedikit yang memalukan juga kalau diungkap, dengan bantuan teman di Jakarta beberapa tahun silam saya mendapatkan bahan bonsai jenis Blackpine, sedikit terkejut juga kala itu dengan harganya yang murah, karena diinformasikan ukuran extra large dengan harga yang kalau dipikir tidak mungkin dengan tidak sabar saya menunggu kiriman tiba.

Melihat kemasan kiriman datang, jantung berdetak kuat, besar amat ini pohon pikir dalam hati. Satu persatu benang bungkusan dibuka sampai akhirnya goni penutup tersingkap, melongo bodoh saya jadinya, didalamnya teronggok tinggi tegak pohon mirip pinus dengan batang sebesar kaleng coca-cola, dengan sedikit kesal teman dikontak, sejak itu saya mulai paham, bisa jadi kebodohan sendiri karena belum begitu mengerti istilah dalam bonsai, persepsi ukuran di dunia bonsai rupanya berdasarkan tinggi pohon, selama ini kita berasumsi besar adalah ukuran diameter pohon. Walaupun sudah sekian tahun lewat, kesalah pahaman saat lalu tetap menjadi kenangan yang sangat menggelikan.

Kembali ke blackpine tersebut, dengan postur tinggi kurus ceking saat itu tidak tahu apa yang mesti dibuat, ditambah lagi dengan pengalaman yang minim dalam bonsai apalagi dengan jenis blackpine, sepertinya pohon ini adalah korban sia-sia, pernah ditawarkan kepada beberapa teman untuk dijadikan penghias halaman, dan pohon ini juga mengalamai antar dan dijemput kembali karena tidak ada kesapakatan dengan peminat dikarenakan menurut mereka tidak sesuai harga dengan bentuk pohonnya, maklum disamping tidak mengenal blackpine, jenis inipun kurang populer karena jarang bisa dijumpai.

Sudah menjadi prinsip manusia , sering tidak mau mengakui kesalahan dan kebodohan sendiri, dengan kekesalan yang ada kepada beberapa teman penggemar tanaman hias dan bonsai saya berikrar, lihat nanti, pohon ini akan saya jadikan pajangan mewah orang berduit.

Awalnya keinginan adalah untuk tetap menjadikan si jangkung ini bonsai, sejalan dengan waktu serta pemahaman dan pengalaman bonsai yang ada, palu diketok, dengan berbagai pertimbangan terutama dilihat dari acuan pohon , diputuskan menjadikan pohon sakit hati ini sebagai bonsai taman.

Pertama dimulai reka bentuk, beberapa teman memberikan saran, untuk elemen taman saja kenapa ditempuh penyesuaian yang demikian, mereka tidak tahu bahwa ada perubahan kiblat dari rencana bonsai ke bonsai taman, jadi kesalahan menurunkan tinggi pohon sudah tidak dapat diperbaiki lagi.

BONSAI ADALAH SENI, setiap kesalahan yang menurut kebiasaan atau aturan yang ada boleh dikesampingkan saja, seniman punya hak dan kuasa untuk dapat berbuat apa saja kepada ciptaannya, yang terpenting karyanya bisa dinikmati orang banyak. Kalaupun karyanya jelek dan tidak bisa dinikmati orang, tidak perlu kecewa, cukup dengan berkelit seni itu relatip, jadi bagus dimata saya belum tentu bagus dimata anda.

Kini setelah mengalami tekuk plintir, trik atas bawah dan bahkan pancung sana sini, bonsai taman blackpine ini sepertinya bagus juga, penilaian sepihak ini jangan dibantah bila anda belum melihat pohonnya. Sepintas dengan penampilan formal dan gaya konvensional bagi pakar bonsai pasti dinilai membosankan, tapi jangan lupa bonsai taman ini adalah jenis blackpine, jarang-jarang bisa ada.



Kalau pengharapan terkabul suatu hari kelak anda akan melihatnya menjadi satpam atau penjaga halaman rumah orang kaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar